Si bapak yang tak berhenti bicara ini, mengingatkan saya untuk tetap berpegangan karena takut saya terjatuh. Dia bilang pernah membonceng orang lalu tak sadar penumpangnya terjatuh wkwkwk... Dia bilang apalagi saya ringan jadi tak terasa. Waduh. Sebelum makan siang, kami mampir lagi di pelabuhan, denyut aktivitas warga amat terasa. Di sini terdapat beberapa pelabuhan, jadi mereka melanjutkan perjalanan pakai bentor yang sebenarnya amat jarang saya temui. Saya bersyukur saya masih bisa merasakan ruh Indonesia yang semakin dekat di hati saya. Lalu, saya meyakini diri saya, bahwa saya mencintai Indonesia.Â