Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Merasai Pantai Terjernih di Kaki Gunung Gamalama

23 Februari 2019   19:37 Diperbarui: 23 Februari 2019   20:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi kami sudah disuruh bangun oleh orang PR padahal agenda baru jam 12 siang. Ternyata kami dibawa ke beberapa lokasi wisata lagi. Tapi inget waktu yang diberikan tidak lama.

Maka tujuan pertama kali adalah danau ngade. sama seperti destinasi wisata sebelum-sebelumnya, rata-rata tempat wisata di sini dikelola oleh kumpulan warga. Jadi jangan harap punya fasilitas yang bagus.

Ya, seperti danau ngade ini. Lokasinya tersembunyi cuma ada spanduk yang memberitahu kalau itu tempat wisata. Jadi kalau saya tidak diantar orang lokal sudah pasti tidak terdeteksi.

Dengar-denger si tempat wisata ini juga baru dibangun dengan bermodalkan potongan-potongan kayu, pengunjung juga harus menuruni beberapa pijakan tanah yang belum rata. Ongkos masuknya juga murah mungkin sekarang sekitar 10 ribu.

Setelah sukses turun baru terlihat betapa mewah pemandangan yang disajikan kontras dengan pintu masuk yang cuma berdinding seng-seng itu. Jadi di hadapan kami terhampar danau yang terpisah dengan laut. Sungguh unik. Dan makin menarik dengan adanyya deretan pegunungan yang menyembul bikin gemes. Lho!

Jadi serasa di raja ampat ya. Tapi versi mini. Nah, kita juga ga bisa lama di sini karena harus makan siang baru meluncur ke lokasi acara. Awalnya kami dibawa ke restoran Florida (di video texas) namanya. Keren ya, namanya sekeren pemandangan yang jadi background nya resoran.

Alamak ciamik banget karena kita langsung dihadapkan dengan laut lepas dan deretan pegunungan. Saya sih sempat tanya mana lokasi yang ada di uang seribu. Tapi katanya jauh dari sini dan kita enggak ada waktu buat ke sana. Yah. Tapi saya pikir kira-kira sama lah pemandangannya dengan hotel Florida.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Ternyata, si pejabat MPR gak jadi makan di sini. Maka jadilah kita geser untung udah foto-foto dulu. Seneng. Di tengah jalan, teman TV minta diturunkan karena dia mau shoot tulisan ternate. Saya pun tanpa pikir panjang ikutan turun demi memandangi perahu-perahu yang sedang berlayar.

Saya juga sempat menyapa anak-anak Ternate yang sedang bermain muka polos mereka tidak tersentuh modernisme. Ya, rambut mereka masih acak-acakan dan ingusan ditambah kaki tak beralas. Namun tawanya tak pernah palsu, jujur bahagia.

Oke akhirnya, restoran pengganti berupa restoran sekaligus tempat karaoke juga tapi punya hall yang lumayan besar. Di sini makannya prasmanan dengan menu asli dari Ternate semua. Percobaan pertama saya makan papeda gagal karena saya mau muntah. Sebabnya ternyata saya tidak menyantapnya bareng sayur ikan kuning yang sudah dingin.

Jauh berbeda 180 derajat kalau benar pakai sayur ikan yang hangat, Ah... ini baru nikmat. Setelah menunggu sekitar 1 jam acara pun dimulai dengan paparan macem-macem termasuk soal kasus penistaan agama. Dan si pejabat lumayan keras bicara tentang Ahok. Ngerih.

Dari sini, kami doorstop sebentar dan dicegat sama beberapa media lokal mereka kaget kami dari Jakarta membawa bendera media yang mereka anggap sudah dewa. Apalagi ada yang pakai seragam. Maka kami pun jadi narasumber kali ini. Mereka mewawancara kami dan minta berfoto bareng, Hehe lucu sih kalau diinget.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Kepulangan kami masih besok pagi maka waktu yang tersisa menjelang sore kami manfaatkan pergi ke Pantai Sulamada. Pantai yang disebut teman saya jadi pantai terjernih di ternate.

Sampai di sana kami sempat kebingungan karena terlalu banyak orang jualan, di mana pantainya? Tahu-tahu kamu harus treking sebentar ke dalam sekitar 15 menit lah. Dan di sini air mulai jernih sampai kelihatan dasarnya. Subhanallah. 

Tapi air sedang pasang jadi kami harus menyusuri pinggir yang lumayan mengerikan karena harus naik turun dengan tangga-tangga kayu. Jadi kontur di pinggir pantainya itu tidak rata ada yang tinggi lalu turun lagi. Anehnya itu di sepanjang jalan tak rata itu banyak kios-kios mulai dari tukang dagang gorengan, pop mie sampai penyewaan alat snorkeling dan perahu.

Jadi langsung saja semua diurus, dan kami mulai berperahu mengitari laut di kaki gunung Gamalama. Hwaaa nikmat sekali. Karena kami ke sini dadakan jadilah pada gak bawa baju. Yang laki-laki mah santai tinggal buka baju lalu terjun snorkeling. Sementara saya, adehh gimana caranya. Makanya saya nyesel juga tuh ga nyebur tapi mau gimana juga ya.

Saat itu pantai ini sudah sepi karena menjelang magrib kami malah masih di situ. Beberapa teman pun yang ga bawa baju nekat snorkeling pakai batik. hahah ini sih lucu. Kalau saya cukup bermain air, memotret mereka yang keasikan loncat-loncat dari perahu, sembari ngobrol sama bapaknya. Saya juga dapat pujian karena menurut kameramen salah satu media, saya pintar memiluh angle dan dia senang mempercayakan kameranya pada saya. hehehe Oia...air di sini sih memang jernih, terumbu karangnya padat, tetapi jenis ikannya kurang banyak.

Setelah puas bermain air, kami kembali dan sang surya sedang sendunya menutup perjalanan kami hari ini. Saya bersyukur bisa punya pekerjaan seperti ini yang memungkinkan traveling kemanapun. Asyik kan.  


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun