Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Beradu Cepat Berebut Foto Domba Nyengir di Farm House

2 Januari 2019   15:34 Diperbarui: 25 Januari 2019   19:23 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Kota Mini, perjalanan ini belum berakhir karena kita masih punya banyak cukup tenaga buat ke satu destinasi. Destinasi yang buat teman saya uring-uringan karena pengen banget ke sini, apalagi kalau bukan Farm House.

Tempat yang belum sampai 10 tahun buka ini memang jadi favorit para keluarga termasuk juga yang belum berkeluarga seperti saya dan teman-teman ini hehe. Masuk ke sini, langsung diperlihat bermacam domba dan kelinci yang menggemaskan. Para pengunjung diberi keleluasaan untuk masuk dan memberi makan, tapi makannya beli.

Dan si domba bener-bener agresif banget, nyerobot gitu belum juga dikasi hahaha.... serem tapi gemezzz.... Trus semua orang di sana berebut foto side by side bareng mereka. Dan lucunya mereka bener-bener tahu kalau lagi difoto jadi kelihatan senyum dan fotogenic gitu.

Habis dari kandang domba, kita ngantre untuk foto rumah hobbit yang sebenarnya biasa aja. Tapi gak tahu yang karna hype bgt jadi keikutan ngantre juga.

dok.pribadi
dok.pribadi
Dari rumah hobbit, kita lanjut istana gembok (gak tau sih itu sebenarnya zona apa namanya). Jadi ceritanya mau mirip-mirip kayak yang di Korea, gembok melambangkan hati yang terkunci terhadap satu orang. Kalian bisa beli gembok di sana lalu sangkutin deh di pager-pager ini hehehe niscaya belum tentu awet juga hubungannya hahahha....

Abis puas-puasin foto kita lanjut lagi makan. Ternyata di farm house ini bagus banget desain arsitekturnya ala-ala eropa gitu bahkan bisa sewa baju juga lho. Etapi sebelum makan kita nikmatin sunset dulu dan foto-foto gaya aneh bin ajaib yang bikin ketawa-ketawa sendiri kalau diliat lagi.

Udah selesai foto kita makan di salah satu restoran di dalam sana. Katanya si harganya sekitar 30 ribuan etapi ternyata pas lihat buku menu ehem... lumayan mahal bisa sampai 50 ribu berikut pajak dan makanannya juga B aja.

dok.pribadi
dok.pribadi
Kita makan sampai farm house ini sudah mau tutup yaitu sekitar jam 7 malam. Entah kenapa masih belum berasa puas main. Setelah berdebat cukup lama soal destinasi selanjutnya dengan keadaan saya masih semangat sementara temen saya udah pada lelah, jadilah kita ke suatu kafe Api Unggun yang setengahnya adalah bar. Di sini ada live music plus api unggun yang bikin suasana syahdu betul dengan lagu-lagu lawas yang dibawain.

Udah puas kita pun kembali. Besoknya kita eksplorasi Bandung kota. Sebenarnya mau main di taman kota dan alun-alun tapi nauzubillah rame banget udah kayak pasar. Panas yang menyengat membuat mood makin suram, kita sempat bercerai sementara gara-gara selisih pendapat soal restoran dan saling bersaing menganggap bahwa restoran kita yang paling rekomen.

Setelah ngobrol lagi suasana jadi cair lagi. Sebenarnya dalam perjalannya kerikil kecil kayak gini pasti ada aja, cuma yang penting itu bisa nahan ego aja dan komunikasi. Satu lagi, kalau saya sendiri orangnya cepet marah tapi abis itu lupa dan memafkan kalau udah tenang. Makanya biasanya klo lagi suram mood mending menyingkir dulu karena takut apa yang diomongin bakal disesali.

Ternyata pertikaian tidak terjadi di tempat ini aja. Jadi pas kita balik ngejar kereta kita mampir dulu di toko oleh-oleh. Saya pun kembali berpisah dengan teman saya. Ternyata pas lagi asyik beli oleh-oleh temen saya yang pisah ini telp terus mengonfirmasi keberadaan kita, mengingat toko oleh-olehnya banyak namun karena saking asyiknya gak keangkat lah itu telp.

Alhasil sampai di stasiun, temen saya ngambek. Hm... saya juga pasti marah sih kalau kayak gitu. Cuma ya minta maaf. Tapi temen saya rada beda nih tipe marahnya, dia maunya dibae-baein sementara ada temen saya yang lain yg rada gengsi karena dia merasa sudah minta maaf jadi gak harus lah mohon-mohon terus. Dan coba tebak, sampai sekarang, mereka berdua masih marahan. Duh ampun. sulit benar di-islah-kan pulak. hahahah.....

Makanya teman, perjalanan itu memang bukan cuma destinasi tapi segala persoalan yang melibatkannya. Jadi problem solving ataupun kemampuan kalian mengatasi beragam konflik benar-benar dibutuhkan di sini. Apalagi kalau pergi ramean karena isi otaknya kan beda-beda. Okelah sekian dulu. ya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun