"Ada warga yang mengatakan di sana aman-aman, kamu tahu gak setiap ada warga yang bilang begitu pasti terjadi sesuatu," kata dia.
Lambat laun, intuisinya menjadi nyata. Tim dipaksa kembali oleh warga yang menolak disurvei padahal daerah mereka yang gelap hendak diberi penerangan. Dia bilang, saat mau kembali dari desa itu, tiba-tiba teman saya dan timnya dikejar dan dikerubungi puluhan orang bersenjata mulai dari pistol hingga parang.
"Saya sudah melihat ada elang terbang yang biasanya akan ada sesuatu yang buruk. Saya ingin tim percepat langkah, namun tim masih saja fokus untuk mensurvei sekitar," ujar dia kecewa.
Dan akhirnya hal yang ditakutkan terjadi, dalam posisi pengepungan seperti ini, anggota TNI yang saat itu hanya beranggotakan 5 orang langsung menempatkan tim survei perempuan di tengah sementara anggota mengitarinya untuk penjagaan.
Untuk menakuti, KKB pun melepas tembakan ke atas dan ke tanah. Suara tembakan ini pun terdengar warga sekitar dan juga tim lain yang tersebar di Wagemuka. Tim ekspedisi lain langsung bergerak, ada yang diamankan di gereja ada yang kembali pos utama.
Para TNI tak mau ambil risiko ikutan menembak sebagai perlawanan karena mereka tahu, akan jadi lebih mengerikan nanti jika ada korban sipil yang jatuh.
Entah bagaimana, tiba-tiba kelompok sipil bersenjata ini merampas senjata prajurit. Aksi tarik menarik terjadi. Sahabat saya dihantam dan ditendangi berkali-kali, dari ujung rambut sampai kaki.
Hebatnya dia yang jago karate ini, tetap berdiri, jatuh, lalu berdiri lagi. Hingga akhirnya menyerah saat popor senjata yang dibawa KKB mengenai kupingnya ngggiiinggg....
Setelah dapat senjata, ancaman pembunuhan masih ada sampai warga datang dan menolong mereka. Warga yang rindu akan pembangunan membela tim survei mati-matian. Disebut-sebut ada juga warga yang terluka akibat melawan.
"Mereka ini orang baik" kata teman saya menirukan teriakan warga.