Kepakan sayap burung yang terbang melihat badai
Keras ombak memecah karang
Duri melindungi  mawar
Kerja para petani tiada henti
Keramaian kota yang di temani sunyinya desa
Berbaur karya di penjuru dunia
Keras dan lunak menjadi satu
Tergores kemapuan yang terjaga
Lapar dan kenyang tak kujumpaiÂ
Tangis dan tawa tak kutemui
Langit tak mendung dan tak cerah
Hujan rintik rintik menjadi saksi bisu ini
Kau merasakan yang aku rasakanÂ
Kau tau dunia ini tak sebodoh yang kau bayangkan
Indah goresan jadi saksi ke biadaban
Orang diam hanya menanti sebuah perubahan
Orang tertawa pada menangisÂ
Orang menangis pada tertawaÂ
Ada yang sakit hati hingga menjadi bengis
Ada yang terluka hingga mati tragris
Angin belum lelah bermain dengan ombakÂ
Ombak menari di atas pantai
Pantai menyambut hangat semua ombak
Ombak tersenyum memeluk pantai
Baca buku terlalu indah untuk terus meanjelajah
Pulang kerumah mengosongkan wadah
Wadah bersih mempengarui isi
Isi memiliki sesuatu yang indah di penjuru sisi
Tangis bayi terdengar keras di dalam gubukÂ
Asi sang ibu tak mengeluarkan setespun
Ayah bekerja memeras otak dan keringat
Doa sang ibu bayi tak berhenti agar asi terisi
Oh kawan, sahabat, saudara dan warga negara
Oh ikan, burung, serangga dan mamalia
Oh hujan, salju, gugur dan panas
Oh senja, malam, pagi dan siang
Ke lembutan senyumu mengubah duniaku
Menjadi indah cakrawalaku
Terobati segala dukaku
Aku jadi aku karena kamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H