Mohon tunggu...
Aditya Dimas Verdiangga
Aditya Dimas Verdiangga Mohon Tunggu... Penulis - Ahli bedah

Rahmatan Lil'alamin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Air yang Membusuk

16 Juni 2019   10:05 Diperbarui: 16 Juni 2019   10:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kepakan sayap burung yang terbang melihat badai

Keras ombak memecah karang

Duri melindungi  mawar

Kerja para petani tiada henti

Keramaian kota yang di temani sunyinya desa

Berbaur karya di penjuru dunia

Keras dan lunak menjadi satu

Tergores kemapuan yang terjaga

Lapar dan kenyang tak kujumpai 

Tangis dan tawa tak kutemui

Langit tak mendung dan tak cerah

Hujan rintik rintik menjadi saksi bisu ini

Kau merasakan yang aku rasakan 

Kau tau dunia ini tak sebodoh yang kau bayangkan

Indah goresan jadi saksi ke biadaban

Orang diam hanya menanti sebuah perubahan

Orang tertawa pada menangis 

Orang menangis pada tertawa 

Ada yang sakit hati hingga menjadi bengis

Ada yang terluka hingga mati tragris

Angin belum lelah bermain dengan ombak 

Ombak menari di atas pantai

Pantai menyambut hangat semua ombak

Ombak tersenyum memeluk pantai

Baca buku terlalu indah untuk terus meanjelajah

Pulang kerumah mengosongkan wadah

Wadah bersih mempengarui isi

Isi memiliki sesuatu yang indah di penjuru sisi

Tangis bayi terdengar keras di dalam gubuk 

Asi sang ibu tak mengeluarkan setespun

Ayah bekerja memeras otak dan keringat

Doa sang ibu bayi tak berhenti agar asi terisi

Oh kawan, sahabat, saudara dan warga negara

Oh ikan, burung, serangga dan mamalia

Oh hujan, salju, gugur dan panas

Oh senja, malam, pagi dan siang

Ke lembutan senyumu mengubah duniaku

Menjadi indah cakrawalaku

Terobati segala dukaku

Aku jadi aku karena kamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun