Mohon tunggu...
Bang Taqiem
Bang Taqiem Mohon Tunggu... Guru - Guru PNS, Pembina pramuka, Desain Grafis, Video maker, Inisiator timdelapan.

Belajarlah dari rindu, terus bertumbuh menjadi baru, tapi tak pernah menjadi lain

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Kerbau Rawa Amuntai

22 Agustus 2018   19:42 Diperbarui: 24 Agustus 2018   01:17 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerbau Rawa Amuntai (Foto: Kompas.com/Barry Kusuma)

Masih di hari pertama mengesxplore pesona kalimantan selatan pada program Indonesia Diversity, lepas dari menyusuri jejak Candi Agung Amuntai, kami bergerak menuju Danau Panggang, sebuah kecamatan arah barat Kota Amuntai, masih wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara. Dari Amuntai perjalanan ditempuh kurang lebih 1 jam. 

Bagi masyarakat Amuntai, hari Sabtu adalah hari baik, kebetulan hari ini hari sabtu, maka banyak masyarakat yang mengadakan acara pernikahan ataupun acara lain di hari sabtu. 

Pemandangan itu yang kami lihat sepanjang perjalanan dari Amuntai. Ini sangat berbeda dengan daerah-daerah lain yang umumnya menganggap hari minggu sebagai hari baik.

Sekilas tentang danau panggang, adalah sebuah kota yang membentang dengan rawa-rawa yang luas dengan keindahan alami yang belum tersentuh kuat dengan mordenisasi kota. Danau Panggang sendiri merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar yang mencapai 25,16 % dari total luas wilayah di Kabupaten Hulu Sungai Utara. 

Mata pencaharian penduduk disini selain bekerja sebagai petani, juga sebagai nelayan yang mencari ikan dengan memancing dan menjala.selain itu juga ada sebagai pengrajin hasil kerajinan tangan yang terbuat dari tanaman yang tumbuh di rawa-rawa seperti tikar purun, bakul, dan topi purun.

Danau Panggang sendiri merupakan lokasi habitat Kerbau Rawa terbesar di tanah air. Area ini sebenarnya bukan sebuah danau berair dalam tapi lebih tepat disebut rawa-rawa, meski pun sangat luas. 

Di tengah rawa itu berdiri rumah-rumah panggung dari kayu, tiap rumah dihubungkan oleh jembatan-jembatan yang terbuat dari kayu pula. Jembatan itu bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. 

Namun ada juga beberapa rumah yang tidak dihubungkan dengan jembatan kayu karena sudah rusak, hanya jukung sebagai alat penghubung bagi mereka. Bentuk rumah penduduk biasanya terbuat dari kayu ulin dan berdiri di atas rawa berjajar di tepi bentangan rawa.

Tiba di dermaga Danau Panggang, kita diserang rasa lapar, makan siang di sebuah warung dekat dermaga menjadi solusi kami. Ada yang khas dari makanannya, penjaga warung menyediakan makanan yang sudah di bungkus sebelumnya. Didalamnya sudah ada nasi kuning, sedikit sayur dan Ikan Haruan, sejenis ikan gabus. 

Selain itu, di daerah ini jika kita memesan mie rebus, pemilik warung biasanya akan menyeduh langsung didalam bungkusan mie tersebut, dan menjepi bungkusannya dengan jepit jemuran, lalu dihidangkan. jadi bisa dibayangkan menyantap mie rebus langsung dari kemasannya.

Setelah santap siang, perjalanan kami lanjutkan menuju peternakan kerbau rawa menggunakan klotok. Klotok sendiri merupakan alat transportasi masyarakat disini selain jukung, bermesin, biasanya muat 5-6 orang. 

Kerbau Rawa Amuntai, dokpri
Kerbau Rawa Amuntai, dokpri
Kami sendiri ada lima orang. Peternakan kerbau rawa sendiri ada beberapa titik, jadi kita bisa menyaksikan beberapa titik segerombolan kerbau rawa yang lagi berendam. Perjalanan menggunakan klotok ini memakan waktu sekitar 2 jam, dari dermaga hingga titik terakhir peternakan, kita bisa menemukan 3 perkampungan, semuanya di tepi rawa, sebenarnya bukan di tepi juga karena depan dan belakang rumah mereka adalah rawa.

Sepanjang perjalanan kami bertemu dengan beberapa klotok hilir mudik memuat penumpang. Jembatan-jembatan gantung juga akan kita temukan sepanjang mata memandang. Ini untuk menghubungkan satu perkampungan. Yang unik, kita juga bisa menyaksikan rumah yang tingginya sekitar 10 meter, ada yang terbuat dari tembok, ada juga dari kayu. 

Rumah ini sebenarnya tempat untuk sarang burung walet. Ternyata sebagian warga di Danau Panggang juga menjadikan bisnis sarang burung walet sebagai mata pencaharian mereka. Selain rumah penduduk, masjid dan sekolah juga bisa kita temukan, tanah kering yang berada di tepi rawa ada yang difungsikan untk lapangan sepak bola. Kami juga banyak menemukan jaring ikan atau bubu yang dipasang masyarakat untuk menangkap ikan.

Ada beberapa spot peternakan kerbau rawa yang sempat kami lihat. Di titik pertama, yang kami saksikan hanya segerombolan kerbau rawa yang berendam di rawa, tidak ada penjaga ataupun kandang yang kami temukan. 

Setelah mengambil beberapa gambar, kami pindah ke spot lain atas arahan joki klotok kami. Kondisi spot selanjutnya masih sama dengan sebelumnya, Menurut joki klotok kami, sebagian besar kerbau-kerbau ini tidak dijaga ketika musim kemarau saat air di rawa surut, ketika sore menjelang, kerbau-kerbau ini sudah bisa pulang sendiri ke tempat mereka, dibiarkan tidur di tanah kering di tengah rawa. Berbeda ketika musim hujan, penjaga kerbau rawa biasanya lebih sering mengontrol ternaknya agar tidak terlalu jauh berendam karena dikhawatirkan tenggelam atau terbawa arus air.

Peternakan kerbau rawa ini sebagian menjadikan tanah kering di tengah rawa sebagai kandang mereka, kandang nya terbuka dan hanya di batasi dengan pagar kawat dan kayu. 

Saat mencari spot lain, kami bertemu dengan salah satu pemilik ternak di atas klotok yang memuat 3 ekor kerbau rawa, menurut pemilik, kerbau tersebut akan dijual untuk kebutuhan qurban Hari Raya Idul Adha. 

Kerbau rawa bagi masyarakat umum hanya dijual saat menjelang lebaran qurban. Dibanding harus menjual dagingnya, sebagian peternak memilih menjual saat jelang lebaran qurban karena harganya yang cukup lumayan tinggi. 

Menurut warga, populasi kerbau rawa di Danau Panggang sendiri berkisar antara 5000 hingga 10.000 ekor. Keunikan lain dari kerbau rawa ini adalah lomba Kerbau Rawa, yang dapat berenang sampai 1 km, lomba ini biasanya digelar sekitar bulan Agustus tiap tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun