Mohon tunggu...
Mustiko warih
Mustiko warih Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Angkatan 2010

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sang Penggembala

11 Juni 2013   06:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:13 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Membaca sejarah-sejarah nabi dan rasul kita akan sering menemukan sebuah fakta bahwasanya mereka dahulunya adalah seorang penggembala. Nabi Ibrahim, nabi Isa, nabi Muhammad SAW, mereka adalah seorang penggembala yang ulung. Saat ini profesi sebagai penggembala mungkin dianggap sangat tidak bergengsi, karena harus berkawan dekat dengan binatang ternak, mencari rerumputan, blusukan disawah, dsb. Namun, ternyata pekerjaan menggembala memiliki banyak hikmah yang bisa dipetik. Bagi para nabi dan rasul, menggembala adalah sebuah sekolah bagi mereka untuk belajar tentang memimpin, mengarahkan dan memahami hakikat kehidupan.

Dalam aktivitas menggembala, seorang penggembala harus bisa mengarahkan gembalaannya untuk menuju ladang rumput atau mengarahkan pulang ke kandang. Ini bukanlah aktivitas yang mudah, karena yang dihadapi adalah sekumpulan binatang yang tentu tidak paham dengan bahasa manusia. Maka seorang penggembala harus memiliki strategi supaya sekumpulan binatang ternaknya bisa mengikuti perintahnya. Sulit jika harus melatih semua binatang untuk mengikuti perintahnya, maka yang dilakukan oleh seorang penggembala adalah melatuh satu ekor saja yang dianggap paling kuat, jika binatang yang paling kuat sudah bisa ditaklukkan, maka binatang lain akan mengikutinya. Dari proses para nabi mengambil sebuah pelajaran bahwasanya untuk menaklukkan sekelompok manusia, tak perlu menaklukkan semuanya, melainkan hanya perlu menaklukkan salah satu dari mereka yang paling berpengaruh.

Saat menggembala, tentu saja akan terjadi konflik antar binatang yang digembala, ada yang saling bertarung, berebut makanan, dan lain lain. Seorang penggembala harus memiliki kemampuan untuk mendamaikan binatang-binatang itu, membuat suasana yang nyaman diantara mereka misalnya dengan memberikan pada mereka makanan yang sama banyaknya atau memisahkan antara binatang yang saling bertarung itu. Aktivitas ini memberi pelajaran bagi seorang penggembala tentang cara menjaga kedamaian dan kesatuan dalam kawanan, yang tentu saja kondisi ini tak jauh beda dengan sekumpulan manusia yang menginginkan kesatuan dan persatuan.

Disela-sela aktivitas mengurus gembalaan, seorang penggembala memiliki waktu-waktu luang untuk berdiam diri, berdiskusi dengan alam, mengamati kemegahan alam yang begitu menakjubkan. Pada saat itu mereka banyak berpikir tentang penciptaan alam semesta bagaimanakah caranya, siapakah penciptanya, seberapa besarkah alam semesta ini, dsb, Pertanyaan-pertanyaan itulah yang mengantarkan mereka pada sebuah keyakinan adanya dzat Maha Agung yang menciptakan semesta ini. Itulah pelajaran akidah yang diperoleh sang penggembala.

Itulah beberapa pelajaran yang diperoleh para nabi dalam profesinya sebagai penggembala sebelum mereka diangkat sebagai nabi. Mereka menjadi sosok-sosok pemimpin Penggembala yang memiliki kemampuan dalam memimpin manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan, menciptakan dan menjaga kesatuan dalam kesatuan kerja, dan memenuhi kebutuhan individu yang dibawa kedalam kelompok. Penggembala yang baik adalah penggembala yang memperhatikan kesejahteraan masing-masing individu dalam kelompoknya, bukannya mencaro keuntungan dari mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun