Perjalanan itu mengungkap masa lalu Soeraja yang penuh cinta, pengkhianatan, dan pergolakan sosial-politik. Kisah cintanya dengan Jeng Yah berakhir tragis akibat perbedaan kelas sosial, perang kemerdekaan, dan konflik keluarga. Di sisi lain, novel ini mengangkat industri kretek sebagai latar yang tidak hanya menjadi identitas budaya Indonesia, tetapi juga simbol perjuangan ekonomi di masa lampau. Â
Perempuan dalam "Gadis Kretek"Â Â
Novel ini juga memberikan sorotan menarik pada peran perempuan. Lewat karakter Jeng Yah, pembaca diajak memahami perjuangan perempuan yang tidak hanya menghadapi cinta yang rumit, tetapi juga menunjukkan keberanian untuk bermimpi besar di tengah norma sosial yang membatasi. Â
Jeng Yah digambarkan sebagai perempuan yang mandiri, terlibat dalam dunia industri kretek, dan berusaha membangun kehidupannya sendiri. Selain Jeng Yah, tokoh perempuan lainnya mencerminkan berbagai peran perempuan dalam masyarakat saat itu---sebagai ibu, istri, maupun pekerja---yang tetap memainkan peran penting meski dihadapkan pada keterbatasan. Â
Melalui tokoh-tokohnya, Ratih Kumala menyampaikan bahwa perempuan tidak hanya menjadi penonton dalam sejarah, tetapi juga aktor yang turut membentuk perjalanan bangsa. Â
Kelebihan:Â
1. Latar Sejarah yang Kuat: Novel ini memberikan wawasan menarik tentang sejarah rokok kretek, serta bagaimana budaya tersebut terkait erat dengan dinamika sosial dan ekonomi Indonesia. Â
2. Gaya Bahasa yang Indah: Ratih Kumala mampu menghadirkan deskripsi puitis tanpa kehilangan kesederhanaan bahasa, sehingga mudah dinikmati. Â
3. Karakter yang Kompleks: Setiap tokoh memiliki lapisan emosi dan konflik yang mendalam, membuat cerita terasa hidup dan realistis. Â
4. Pesan Moral: Novel ini mengajarkan pentingnya memahami sejarah keluarga dan menghargai pengorbanan generasi sebelumnya. Â
Kekurangan: