Mohon tunggu...
Media Berbagi
Media Berbagi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa PMM 4 UAD, Adhinata Prabaswara Mengenal Sejarah dengan Berkunjung Ke Masjid Gedhe Kauman

2 April 2024   00:13 Diperbarui: 2 April 2024   00:19 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiasan pada puncak atap semacam ini disebut sebagai mustaka. Mustaka pada puncak-puncak masjid milik Sultan merupakan stilirisasi dari bentuk gada, daun kluwih, dan bunga gambir. Gada melambangkan keesaan Allah. Daun kluwih mengarah pada kata 'linuwih' atau lebih, yaitu manusia akan memiliki kelebihan jika telah melewati tiga tahapan ilmu tasawuf. Sedang bunga gambir melambangkan arum angambar atau keharuman yang menebar.

Masjid Gedhe Kauman juga memiliki 48 (empat puluh delapan) pilar di yang terdapat dalam bangunan, sementara atapnya terdiri dari 16 (enam belas) sisi dengan tiga tingkat. Bagian-bagian masjid terdiri dari mi'rab atau tempat pengimaman, liwan yaitu ruangan luas untuk jamaah, serambi yang merupakan bagian luar bangunan, dan tempat wudhu. Di dalam Masjid Gedhe juga terdapat ruangan khusus bagi raja ketika hadir di masjid, berada di baris (shaf) terdepan, dikenal dengan nama maksura.

Pemberian materi juga di selingi dengan sesi tanya jawab oleh Mahasiswa dan narasumber yakni bapak Bustami, agar mahasiswa bisa mempertanyakan dari keingin tahuannya setelah mendengar pemaparan pak Bustami.

"Selama masjid ini di ada, apakah pernah masjid ini di renovasi?" Tanya Sheva, selaku mahasiswa.

"Renovasi ada tiga kali. Pertama ketika masjid ini berdiri, atap masjid ini menggunakan alang-alang yang kemudian di ganti dengan sirap, kemudian setelah sirap di ganti lagi menjadi seng merah dan belum di ganti lagi hingga sekarang. Kemudian tahun 1939, lantai yang dulunya batu hitam diganti dengan tegel kembang dan bagian dalam masjid di ganti dengan marmer dari Italia dan belum pernah di ganti hingga sekarang. Pada tahun 1917 dibangun Pajagan (gardu penjaga) di kanan dan kiri regol." Jawab Pak Anwar Bustamin.

Aura salah satu peserta PMM 4 UAD dari Universitas Sam Ratulangi, mengaku terinspirasi setelah mengikuti Modul Nusantara, Kebinekaan-3 terkait "Napak Tilas Mataram Islam di Yogyakarta".

"Pandangan saya setelah mengunjungi mesjid Gede Kauman, jujur aura merasa takjub karena pemandangan di sekitar mesjid juga mesjidnya itu sendiri dan saya juga takjub akan makna/filosofi dari Mesjid Kauman, seperti makna dari tiang dan juga makna dari warna catnya" Tutur Aura

"Pertukar Sementara, Bermakna Selamanya"

Kutipan:

"Kalau orang tak tahu sejarah bangsanya sendiri, tanah airnya sendiri, gampang jadi orang asing di antara bangsa sendiri." (Pramoedya Ananta Toer)

Reporter: Mustikawati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun