Mohon tunggu...
Maharani Mustika Putri
Maharani Mustika Putri Mohon Tunggu... lainnya -

mencoba keluar dari zona nyaman salah satunya kegiatan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berbeda Itu Indah Cuyy

13 September 2013   00:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Childhood atau yang sering kita sebut masa kecil, bagi sebagian orang adalah masa dimana kita bisa hidup tanpa beban. Tapi aku rasa tidak sesimpel itu. Bukan berarti hidupku penuh beban ya sob, apalagi hidup dalam kabut kelam.

Aku dilahirkan 19 tahun yang lalu tepatnya tanggal 24 Agustus 1994. Lingkunganku bukan dari kalangan berada dalam segi ekonomi, bisa dibilang hidup pas-pasan. Saaat dilahirkan itulah hidupku yang sebenarnya dimulai. Perbedaan mulai terlihat. Bayi yang baru dilahirkan biasanya memgandung unsur-unsur  imut, putih, lucu dll. Dan itu semua hampir tidak ada di diriku ketika aku lahir. Seperti orang-orang disekitarku yang mengatakan bahwa aku lahir dengan kulit hitam banget, gemuk, tidak ada unsur imut katanya. Nah loh bisa kebayang tidak wajahku semasa bayi?, aku sendiripun gak bisa membanyangkannya sob. Bahkan katanya orang tuaku sempat malu ketika teman-teman sekantor datang kerumah untuk menjengukku. Gimana tidak malu, kakakku saja yang 3 tahun lahir lebih dulu, sangat menggemaskan ketika bayi. Dia mempunyai kulit yang putih, rambut kriting, lincah, semua orang gemas melihatnya dan berebut untuk menggendong. Orangtuaku pun juga tergolong pasangan yang ideal, Ibuk cantik dan bapak ganteng.

Masa bayi pun beralih, kini aku menginjak masa kanak-kanak dimana bermain adalah kegiatan utama. Aku tumbuh selayaknya anak-anak lain, tapi tetep ya wajah tidak berubah. aku bisa dibilang anak yang kurang sehat semasa itu, sering sakit-sakitan, cacingan, susah makan, dan coba banyangkan wajahku jadi seperti apa dengan badan yang sangat kurus. Masih terbayang dipikiranku deskripsi fisik diriku waktu lampau. Bapakku sering mengatai aku "ledis ( bau badan )" jadi ketika aku ingin digendong sama bapak, beliau menolaknya dengan alasan yangg demikian. ketika ingin tidur bareng pun bapak berkata sama seperti itu. Dan kakakku tidak pernah mau ketika aku ingin ikut bermain dengannya. Kala itu aku sempat minder akut sob. Aku tumbuh menjadi anak-anak yang sangat pendiam, kalau gak ada orang yang bertanya tidak mungkin keluar kata-kata dari mulutku. Sampai-sampai aku sering pura-pura tidur dikamar ketika ada orang bertamu dirumah,entah saudara atau teman kerja ibuk dan bapak. Ya hal itu aku lakukan karena aku bosan dengan omongan setiap orang yang selalu mencela fisikku.

Tiba saatnya dunia sekolah harus aku jalani. Sempat timbul kekhawatiran ketika akan memasuki dunia tersebut. Tapi ternyata dunia sekolah taman kanak-kanak sedikit memupuk rasa percaya diriku. Untungnya aku dianugrahi kepandaian oleh Allah SWT sehingga aku bisa dibilang lebih menonjol dibandingkan teman-teman yang lain dalam hal belajar. Aku selalu lebih cepat menangkap  apa yang ibu guru ajarkan. Disekolah ini aku mulai belajar interaksi dengan teman-teman. Tapi anehnya aku disekolah bisa berbicara banyak dengan teman-teman, tapi hal tersebut tidak bisa aku terapkan di lingkungan keluarga dan saudara-saudara.  Faktor utamanya mungkin lagi-lagi karena saya minder dengan mereka. Apalagi saat itu adikku lahir dengan wajah yang melebihhi kakakku. Dia lahir seperti orang belanda. Bayangin aja sob sendiri, betapa terpojoknya aku waktu itu.

Masuk di dunia Sekolah Dasar aku berniat untuk segera menghilangkan rasa minderku yang berlebihan. Aku ingin menggali potensi yang aku miliki. Untungnya aku  selalu menjadi peringkat 1 kelas dan kala itu aku bisa mengikuti ajang perlombaan tenis  meja tingkat kabupaten mewakili kecamatan. Alahmdulillah aku berhasil mendapat juara 3. Setidaknya aku punya point plus dibandingkan dengan kakakku. Walaupun aku lulusan dari SD yang berada di desa, untungnya aku bisa mengikuti jejak kakakku bisa masuk sekolah paling  favorite di kabupatenku dan letaknya di kota pula. Di sekolah inilah niat bulatku muncul untuk benar-benar bisa merubah diriku. Aku memaksakan diri untuk terjun di organisasi dan tidak tanggung-tanggung, aku menantang diriku mencalonkan diri sebagai ketua Pramuka. Kebetulan aku pun terpilih menjadi ketua umum pramuka. Bukan hanya ikut organisasi pramuka melainkan juga  osis dan paskibra. Dan untungnya lagi sob, aku selalu masuk peringkat 10 besar kelas bahkan pernah peringkat 1 kelas. Di masa-masa itu aku juga terpilih untuk mewakili kabupatenku dalam perkemahan budaya nasional dan lagi-lagi saya dipercaya untuk memimpin kontingen putri. Dalam lomba tersebut aku berhasil mengantarkan teman-teman menyabet juara 2 nasional. Mulai saat itu rasa minderku sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa percaya diri. Aku sudah bisa berkomunikasi dengan teman, keluarga dan saudara-saudaraku. Orangtuaku pun tidak percaya aku dapat menjadi pemimpin yang identik selalu banyak berbicara. Tapi itulah kenyataannya sob. Semua orang-orang disekitarku sepenuhnya mendukung apa pun yang aku lakukan saat itu selagi masih dalam hal positif.

Yah dari  sinilah aku sadar, berkat didikan mental dari keluargaku yang aku rasa sangat berbeda inilah  aku dapat melakukan perubahan besar dalam hidupku. Aku tahu mereka sangat sayang kepadaku dan tidak ada sedikitpun niat mereka untuk membuatku menderita sob. Mereka punya cara sendiri untuk mengungkapkan rasa sanyang. Bagiku tidak  ada rasa benci antara anggota keluarga, saya rasa pikiranlah yang sudah meracuni. Keep positive thingking sob. I love all my family. Terima kasih bapak, ibuk, kakak dan adik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun