Hidup adil, makmur, dan sejahtera adalah keinginan bagi setiap manusia. Apakah statusnya, dan dimanapun dia berada, serta apapun agama yang dianutnya dari sejak kecil hingga mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Bagaimanapun keadaan kita saat ini, kita harus mengelus dada. Betapa malu melihat pejabat Negara, para tokoh dan anggota yang berkedudukan di lembaga pemerintahan berada di tangan polisi dan jeruji sel Karena korupsi.
Saya meyakini bahwa para koruptor itu adalah kebanggan bagi setiap keluarganya. Karena mereka yang selalu menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang didekatnya karena jabatan yang tinggi, prestasi yang diraih, dan karir yang bisa menjadikan penolong bagi kehidupannya. Namun, mengapa mereka berubah menjadi seorang koruptor, yang merugikan masyarakat miskin, dan negaranya sendiri?, dan kemudian hari dia menjadi orang-orang yang dihina dan dihukum oleh dunia. Dan saya pernah mendengar bahwa orang yang berumur 40 tahun adalah orang yang seharusnya meminta ampun, dan bersyukur atas Nikmat yang diberi-Nya. Kita dilarang mengambil barang/hak apa saja yang bukan milik kita sendiri. Kita tidak boleh mengejar kemuliaan dunia tanpa harus melupakan kenikmatan akherat kelak.
Jika kita pandai bersyukur pasti kita akan tertolong dari godaan yang membuat kita lalai akan semua hal dengan membanggakan kemuliaan yang fana. Sesungguhnya orang yang terlalu banyak mengumpulkan harta berlimpah tanpa melihat barang itu barang haram untuk kepentingan sendiri dan keluarganya maka ialah orang yang paling miskin di akherat. Dan orang yang paling kaya di akherat ialah orang yang paling sedikit kebutuhan duniawinya.
Di kehidupan ini, jika ada seorang pengemis meminta-minta kepada pejabat pasti malah diusir dan dihina. Tanpa tahu malu, siapa sebenarnya orang yang pantas diberi dan dihormati? Tanpa kita sadari pengemis derajatnya lebih tinggi daripada seorang koruptor. karena seorang pengemis meminta atau menerima harta/benda kepada orang lain dengan keikhlasan seorang pemberi. Sedangkan koruptor menerima hasil karena mengambil harta benda orang lain/ uang negara karena ketidak puasan dan ketidak cukupan hasil yang ia terima, bahkan setelah koruptor mengambil harta benda malah bisa tejadi didemo oleh rakyat kecil, di PHK oleh atasannya.
Coba tengok dipengadilan dan penjara banyak koruptor yang menyalahkan keadilan dan selalu dibela, dan seorang koruptor merasa lebih benar dibanding rakyat kecil. Karena tanpa tahu malu, apa saja yang mereka inginkan pasti ia berfikir bahwa semuanya bisa dibeli dan terpenuhi oleh uang hasil korupsi.
Dipenjara para koruptor hidupnya serba fasilitas yang mewah seperti hotel bintang 5. Sedangkan rakyat kecil hidup dipenjara seperti hidup dikuburan yang amat sangat menyedihkan, dan membuat menderita.
Bukankah Allah SWT telah mengingatkan kepada kita, bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan, senda gurau, dan kesenangan yang palsu? Sementara adzab di akhirat sangatlah pedih? (Qs. 57:20)
artinya: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, dan perhiasan dan bermegah-megah antara kamu, dan berbangga-bangga tentang harta dan anak-anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian ia menjadi kering, maka kamu melihatnya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan keampunan daripada Allah dan keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." QS. Al-Hadid (57): 20
Setiap manusia tidak salah jika berlomba dalam bekerja keras mencari harta dan penghasilan yang melimpah, yang terpenting adalah bagaimana caranya kita bisa mendapatkan pekerjaan dengan cara yang halal, bukan apa saja yang kita kerjakan dengan hasil korupsi yang kemudian kita berikan kepada keluarga, fakir miskin, atau bahkan menyumbangkan kepada orang yang menuntut ilmu di jalan Allah Swt.
Saya sering berfikir dimana urat kemaluan seorang koruptor? Apakah ia hilangkan begitu saja karena faktor ekonomi, dan ingin merubah status sosialnya dengan menghapus keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt? Dalam kehidupan kita lebih dominan menghargai “kebendaan” daripada nilai luhur agama. bagaimana Jika fenomena masih tetap terjadi, apakah kehidupan orang miskin akan tetap menderita di dunia dan akherat?. Dan sedangkan orang kaya/koruptor tetap bahagia di dunia dan mendapat surga di akherat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H