Mohon tunggu...
Mustika Ayu Rusanty
Mustika Ayu Rusanty Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor

Belajar untuk menulis!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Proses Ilmu HI dan Pandangan Islam

26 Oktober 2019   08:14 Diperbarui: 26 Oktober 2019   08:17 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.policyforum.net

Proses berjalannya Ilmu Hubungan Internasional

  • Studi HI sebelum PD II: selama masa 1920-an sampai 1930-an studi HI berjalan melalui tiga alur yaitu, HI dipelajari melalui kejadian atau peristiwa yang sedang jadi berita utama seperti perang atau konflik maka apabila diikuti dan ditelaah bersama akan dapat dihindari, HI dipelajari melalui studi tentang organisasi internasional, dan HI yang pada masa itu menekankan mode analisa tentang ekonomi internasional.
  • Studi HI sesudah PD II: perspektif realisme yang mendominasi teorisasi HI hingga usainya PD II, merupakan wujud dari perkembangan teoritis dan deskriptif bahwa perilaku negara bisa memberikan kerangka preskriptif bagi para negarawan dalam membuat keputusan.
  • Revolusi Behavioral dan pendekatan Saintifik: penolakan terhadap konsep kekuasaan sebagai unsur pokok analisa negara semakin diperkuat ketika timbulnya gerakan pembaharuan dalam studi politik dan HI di Amerika Serikat pada tahun 1950-an dan 1960-an yang dikenal revolusi Behavioral. Gerakan ini mendorong studi HI ke arah penciptaan teori yang eksplanatif dan prediktif yaitu teori yang bisa menjelaskan dan meramalkan.
  • Studi HI pasca Behavioralis: pada masa ini lebih kepada studi perkembangan metodologis yang lebih menunjukkan keanekaragaman daripada kesepakatan.

Munculnya teori-teori HI yang dominan yaitu Realisme dan Liberalisme:

  • Asumsi dasar Realisme: manusia adalah makhluk egois, HI bersifat konfliktual maka harus diselesaikan dengan perang, negara adalah aktor utama, national interest, balance of power.
  • Asumsi dasar Liberalisme: sifat dasar manusia adalah baik, yakin dengan adanya perdamaian, terdiri dari banyak aktor, menjunjung tinggi kerjasama.

Lalu bagaimanakah pendapat Islam?

Dalam al-Qur'an telah dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang baik apabila ia beriman, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (at-Tiin: 4)". Dalam ayat tersebut dapat menjawab persoalan Liberalisme, namun asumsi bahwa manusia juga suka berbuat kerusakan di bumi (egois: realis) juga tercantum di dalam al-Qur'an, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (al-Baqarah: 30)".

Mengapa kita penting mempelajari ilmu HI?

"Dapat kita ketahui bahwa tidak ada manusia yang hidup tanpa negara dan penting bagi kita mengetahui bahwa dibutuhkannya perdamaian antara negara dan setiap negara memiliki tujuan nasionalnya masing-masing" (dikutip dari dosen HI UNIDA Gontor al-Ustadz Rudi Chandra, M.A).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun