Mohon tunggu...
Mustika Nurfauziah
Mustika Nurfauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (S1 Manajemen) Dosen: Apollo, Prof.Dr,M.Si.Ak Mercubuana_NIM: 43122010155

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Meikarta "Aplikasi Pemikiran Dua (a) Bologna, John Peter (b) Robert Klitgaard"

28 Mei 2023   21:44 Diperbarui: 28 Mei 2023   21:49 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks ini, penting bagi proses hukum untuk berjalan dengan transparansi, independensi, dan keadilan. Ini akan memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang terlibat dan memberikan dasar yang kuat untuk penyelesaian sengketa secara adil.

Terakhir, dalam proses serah terima unit apartemen dan penyelesaian pembangunan, langkah-langkah yang diambil oleh pengembang proyek menjadi faktor penentu. Keterlambatan dalam penyelesaian pembangunan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah keuangan yang mempengaruhi kelancaran konstruksi, perubahan desain yang membutuhkan waktu tambahan, atau kendala teknis dalam pelaksanaan proyek. Selain itu, ketidaksesuaian antara fasilitas yang dijanjikan kepada konsumen dan yang sebenarnya disediakan juga dapat menyebabkan ketidakpuasan. Kurangnya koordinasi antara pengembang proyek dan konsumen dalam hal ini juga dapat memperburuk situasi.

Dalam proses serah terima unit apartemen dan penyelesaian pembangunan proyek Meikarta, langkah-langkah yang diambil oleh pengembang proyek memainkan peran krusial. Keterlambatan dalam penyelesaian pembangunan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yang kompleks.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan adalah masalah keuangan yang mempengaruhi kelancaran konstruksi. Jika pengembang proyek mengalami kesulitan keuangan, mereka mungkin menghadapi kendala dalam memperoleh dana yang diperlukan untuk melanjutkan pembangunan. Hal ini dapat berdampak pada keterlambatan dalam pengadaan bahan bangunan, perekrutan tenaga kerja, atau pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan.

Perubahan desain juga dapat menjadi faktor penyebab keterlambatan. Kadang-kadang, selama proses pembangunan, pengembang proyek dapat menghadapi kebutuhan untuk mengubah desain yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan regulasi, permintaan konsumen, atau faktor-faktor teknis lainnya. Proses perubahan desain ini dapat memerlukan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian dan mungkin mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek.

Selain itu, kendala teknis juga dapat mempengaruhi kelancaran penyelesaian pembangunan. Dalam proyek konstruksi skala besar seperti Meikarta, kemungkinan terdapat tantangan teknis yang harus diatasi, seperti kesulitan dalam perencanaan tata letak, keterbatasan sumber daya alam, atau kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang rumit. Kendala ini dapat memperlambat progres pembangunan dan memperpanjang waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.

Selain itu, ketidaksesuaian antara fasilitas yang dijanjikan kepada konsumen dan yang sebenarnya disediakan juga dapat menimbulkan ketidakpuasan. Jika pengembang proyek tidak mampu memenuhi janji-janji yang tercantum dalam perjanjian jual beli, seperti fasilitas umum, aksesibilitas, atau fasilitas komunitas, konsumen dapat merasa kecewa dan merasa bahwa pengembang tidak memenuhi kewajiban mereka.

Kurangnya koordinasi antara pengembang proyek dan konsumen juga dapat memperburuk situasi. Jika ada kurangnya komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak, konsumen mungkin tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang kemajuan pembangunan atau perubahan yang terjadi. Hal ini dapat menciptakan ketidakpastian dan ketidakpuasan di antara konsumen yang kemudian memperumit proses penyelesaian pembangunan.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi pengembang proyek untuk mengambil langkah-langkah yang proaktif dan terbuka. Mengkomunikasikan secara jelas kepada konsumen tentang kemajuan proyek, mengatasi masalah dengan cepat dan efisien, serta memastikan pemenuhan janji yang telah dijanjikan adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan dan kepuasan konsumen. Selain itu, adanya pengawasan yang ketat dari pihak berwenang terhadap proyek konstruksi juga dapat membantu memastikan kelancaran dan keandalan pelaksanaan proyek Meikarta.

Aplikasi pemikiran dua, yang dikembangkan oleh Bologna, John Peter, dan Robert Klitgaard, dapat menjadi relevan dalam konteks kasus Meikarta. Pendekatan ini menggabungkan perspektif akademis dan praktis dalam menganalisis dan memahami masalah kompleks, seperti korupsi dan tata kelola proyek.

Pemikiran dua Bologna mengacu pada pemahaman yang holistik tentang suatu fenomena atau masalah dengan mempertimbangkan kedua sisi perspektif, yaitu teori dan praktik. Bologna berpendapat bahwa pemikiran yang baik tidak hanya terbatas pada teori atau konsep yang dikembangkan di lingkungan akademis, tetapi juga mempertimbangkan pengetahuan dan wawasan dari pengalaman praktis yang diperoleh di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun