Mohon tunggu...
Mustiawan
Mustiawan Mohon Tunggu... -

Bendahara PP. Ikatan Pelajar Muhammadiyah | Bendahara PP. Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna di Balik Kata "Jancuk" & "Gathel"

23 Maret 2016   17:01 Diperbarui: 23 Maret 2016   17:09 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Hai Gathel!! yok opo kabarmu…. Cuk? Gak onok kabar… sek orep koen? Hahahaha……” (Hai, Gathel!! Bagaimana Kabarmu, Cuk…..? Tidak pernah ada kabar… Masih hidup kamu? Hahahah…..).

Kata Gathel di sini mengadung ekspresi keakraban, sebuah persaudaraan yang penuh cinta, rasa dekat. Sedangkan kata Cuk (Jancuk) dalam percakapan itu mengandung makna rasa senang, rasa rindu, rasa kebahagiaan yang mendalam saat bertemu dengan sahabatnya. Kata Jancuk dan Gathel juga eksis pada saat perang merebut kemerdekaan, kata ini digunakan untuk mengobarkan arek-arek Suroboyo dalam membangkitkan api semangat berjuang merebutkan kemerdekaan, Hal ini bisa kita saksikan pada film perjuangan, Surabaya 10 November 1945, kata  Jancuk dijadikan sebuah ungkapan untuk menumpahkan rasa kesal, kecewa ataupun sebagai  motivator.

Fungsi keempat adalah fungsi estetika, fungsi yang digunakan untuk menghasilkan karya sastra, terutama dalam puisi dan bentuk karya seni lainnya. Mari kita lihat 'Republik Jancuk' balutan budayawan kenamaan yaitu Sujiwo Tejo, bagaimana dia mengemas kata 'Jancuk' mengandung rasa yang penuh etis, dikemas dengan balutan budaya Suroboyo yang kental, kritis, egaliter dan blak-blakan. Kata Jancuk pun mendapat tempat di hati masyarakat tanpa melihat arti kata konseptual sesungguhnya.

 

Sumber :

Kisyani. 2004. Bahasa Jawa Di Jawa Timur Bagian Utara dan Blambangan. Jakarta: Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional.

Leech, Geoffrey. 1974. Semantics. Harmondsworth, Middlesex: Penguin

Tri Winiasih. 2010. Pisuhan dalam “Basa Suroboyoan”: Kajian Sosiolinguistik. TESIS pada  Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta:Tidak diterbitkan.

Yunani Prawiranegara. 2004. “Bahasa Egaliter Pojok Kampung” dalam Jawa Pos. Edisi 25 Januari 2004.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun