Mohon tunggu...
Moh. Musthofa
Moh. Musthofa Mohon Tunggu... Editor - Professional Worker

Cinta Kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan Dibalik Debur Ombak #KompasianaDESA

1 Februari 2025   10:55 Diperbarui: 1 Februari 2025   10:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang terletak di pesisir utara kota, hidup seorang nelayan bernama Pak Madong. Setiap sore hari, dia pergi ke laut dengan perahu kecilnya, berharap bagan tua yang dikelolanya dapat menghasilkan ikan yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Namun, tahun ini, hasil tangkapannya semakin menurun. Laut yang dulu penuh dengan ikan kini terasa kosong, dan ikan yang berhasil ditangkap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan hasil tangkapannya hanya cukup dijual untuk mengganti biaya solar, yang biasa digunakan sebagai bahan bakar perahu dan genset.

Istrinya, Bu Hasnah, seorang ibu yang penuh kasih, berusaha keras untuk menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka yang berusia satu dan empat tahun. Meskipun mereka hanya bisa makan ikan atau nasi dengan sedikit sayur, Bu Siti selalu berusaha menyajikan yang terbaik yang bisa dia masak. Tetapi, dia tahu, asupan gizi yang mereka terima tidaklah cukup. Anak-anak mereka semakin terlihat lemah, dan dia merasa khawatir.

"Saya merasa anak-anak semakin kurus, Madong," kata Bu Hasnah, suara cemasnya terdengar jelas. "Apakah mereka cukup makan, ya? Apakah mereka akan tumbuh dengan baik?"

Pak Madong hanya bisa menghela napas. Dia merasa tertekan, tetapi dia tak bisa berbuat banyak. Laut, yang menjadi sumber kehidupan mereka, semakin tak bersahabat.

Namun, suatu pagi, di tengah ketegangan itu, datang seorang pendamping desa bersama Kepala Desa setelah menerima laporan dari bidan desa mengenai hasil ukur berat dan tinggi badan anak Pak Madong, yang berada di antara garis kuning dan merah. Mereka membawa harapan baru. Pendamping desa itu, seorang pria muda bernama Alan, dengan ramah mengajak Pak Madong dan Bu Hasnah untuk duduk bersama.

"Kami dari pemerintah desa ingin menawarkan bantuan, Pak Madong, Bu Hasnah," kata Alan. "Kami punya dana desa yang bisa digunakan untuk membantu keluarga seperti kalian agar bisa mendapatkan pangan yang lebih bergizi."

Pak Madong dan Bu Hasnah saling memandang. Mereka tidak langsung percaya. "Bantuan seperti apa?" tanya Pak Madong, suaranya penuh keraguan.

Kepala Desa, Pak Jali, menjelaskan dengan sabar. "Kami akan memberikan akses ke program bantuan pangan bergizi seperti pemberian makan tambahan (PMT) pemulihan, telur serta susu, dan pelatihan untuk keluarga-keluarga di desa ini. Kami juga akan bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk memantau perkembangan anak-anak kalian melalui Posyandu."

"Selain itu, Pemerintah Desa juga sedang mengerjakan kegiatan ketahanan pangan sesuai amanat Menteri Desa, ternak ayam petelur yang dikelola oleh BUM Desa membuahkan hasil yang cukup baik sehingga hasil telurnya nanti dapat menjadi salah satu menu PMT agar anak-anak tida bosan memakan ikan setiap harinya," tutur Alan meyakinkan.

Mendengar penjelasan itu, Bu Hasnah mulai merasa ada sedikit harapan. "Jadi, kami bisa memberi makan anak-anak kami lebih baik?" tanyanya, hampir tak percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun