Mohon tunggu...
Moh. Musthofa
Moh. Musthofa Mohon Tunggu... Editor - Professional Worker

Cinta Kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyala Literasi Desa pada Program 100 Hari Kerja Bupati Terpilih #KompasianaDESA

24 Januari 2025   19:25 Diperbarui: 24 Januari 2025   19:25 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto diambil saat pendampingan di Desa Berangas

Di Berangas, sebuah desa yang terletak di ibu kota kecamatan Pulaulaut Timur, terdapat sebuah perpustakaan sederhana yang dulu pernah ramai dikunjungi oleh warga terutama anak-anak sekolah mulai dari jenjang SD hinggal SMA, namun sejak saat covid-19 hingga saat ini, perpustakaan jarang dikunjungi warga.

Buku-bukunya usang, dan ruangannya lebih sering kosong dari pada penuh. Tapi, Kepala Desa, Bu Saramiah setelah ditetapkan sebagai kepala desa terpilih pemilihan kepala desa pergantian antar waktu memiliki visi besar: menjadikan literasi sebagai pondasi untuk kemajuan desanya.

Di sebuah ruang sederhana di Perpustakaan Desa Berangas, di tengah riak lantangnya suara anak-anak SD sedang asyik membaca buku kesukaannya masing-masing, kepala desa Bu Saramiah, pendamping lokal desa Thofa, dan pustakawan desa Jali berdiri saling menatap dan berdiskusi.

Di meja layanan terhampar proposal, skema anggaran, dan dokumen program prioritas dari Bupati terpilih. Target 100 hari kerja Bupati adalah program "1 Kecamatan 1 Desa dengan E-Library (perpustakaan digital)," dan Desa Berangas terpilih menjadi percontohan di Kecamatan Pulaulaut Timur.

Visi Bu Saramiah yang bersambut baik dengan program Bupati terpilih menjadi kesenangan tersendiri baginya.

Bu Saramiah membuka percakapan "Baik, teman-teman. Kita semua tahu ini kesempatan besar. Desa kita akan menjadi pilot project E-Library. Tapi, kita hanya punya waktu 100 hari untuk membuktikan bahwa ini bisa berjalan. Saya butuh ide-ide kalian."


"Betul, Bu. Saya sudah membaca panduan programnya. Kita harus memastikan ada dua hal: pertama, infrastruktur digital yang memadai. Kedua, literasi warga dalam menggunakan teknologi. Kalau salah satu gagal, program ini tidak akan optimal." Sahut Thofa mengemukakan idenya.


"Saya setuju. Dari sisi perpustakaan, kita sudah punya koleksi buku yang lumayan lengkap, tapi belum ada digitalisasi. Kita butuh perangkat seperti komputer, tablet, dan akses internet. Selain itu, saya berpikir untuk menggandeng komunitas literasi di daerah kita agar mereka bisa membantu dalam sosialisasi." Jali menimpali ucapan Thofa sambil mengangguk.

Sambil meletakkan tangan kanannya di dagu, Bu Saramiah memberikan pertimbangan "Itu ide bagus. Tapi, kita juga harus pastikan perangkat ini benar-benar digunakan, bukan sekadar pajangan. Bagaimana kalau kita mulai dengan pelatihan intensif untuk pustakawan dan relawan, lalu lanjut ke pelatihan warga?"

"Setuju, Bu. Saya bisa minta bantuan dinas pendidikan dan dinas perpustakaan kabupaten untuk mengirimkan tenaga ahli. Kalau kita bisa melibatkan mereka, kita tidak perlu memulai semuanya dari nol. Selain itu, kita bisa mengajukan proposal ke CSR perusahaan yang sudah mendukung desa kita sesuai keputusan Bupati. Mereka mungkin bisa membantu untuk pengadaan perangkat." Kembali Thofa menyampaikan idenya.

Jali dengan senyumnada optimisnya "Saya juga berpikir untuk membuat program khusus anak-anak dan remaja, Pak. Mereka biasanya lebih cepat beradaptasi dengan teknologi. Kalau mereka sudah aktif menggunakan E-Library, orang tua mereka pasti akan ikut penasaran."

"Bagus sekali, Mas Jali. Kita bisa jadikan anak-anak sebagai motor penggerak. Tapi jangan lupa, kelompok tani dan UMKM juga harus kita libatkan. E-Library ini bukan hanya untuk baca buku, tapi juga sumber informasi praktis untuk peningkatan ekonomi warga." Respon Bu Saramiah seolah tidak mau lupa dengan kelompok tani dan pelaku usaha menengah, kecil di Desanya.  

Thofa yang tak pernah kehabisan ide kembali mengemukan pendapat "Saya punya satu ide lagi, Bu. Bagaimana kalau kita adakan acara launching besar-besaran di akhir 100 hari nanti? Kita undang bupati, perusahaan pendukung, dan warga. Ini bisa jadi momen untuk menunjukkan hasil kerja kita sekaligus memotivasi desa lain."

Bu Saramiah menyambut dengan sangat antusias "Itu sangat bagus! Tapi ingat, 100 hari ini kita harus bekerja ekstra keras. Saya minta laporan mingguan dari masing-masing sektor: infrastruktur, pelatihan, dan promosi. Semua harus berjalan paralel."


"Baik, Bu. Saya akan mulai dengan merancang pelatihan pustakawan dan menyiapkan daftar kebutuhan perangkat." Jawab Jali dengan sigap.

Tak mau kalah sigap, Thofa bergegas mengambil proposal dan berucap "Saya akan secepatnya urus proposal ke dinas dan CSR, Bu. Mudah-mudahan mereka merespon dengan cepat."


"Bagus. Kalau kita semua solid, saya yakin E-Library Desa Berangas akan jadi percontohan yang sukses. Mari kita wujudkan target 100 hari ini bersama-sama!" sambut optimis Bu Saramiah.

Ketiganya mengangguk penuh semangat. Perpustakaan Desa Berangas kini tak hanya menjadi tempat berkumpul buku, tapi juga tempat berkumpul ide-ide besar untuk kemajuan desa dan inspirasi perubahan bagi desa dan kecamatan lainnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun