Banyak diantara kita yang takut gagal. Gagal tidak hanya dapat merugikan secara materi, namun juga immateri. Rasa malu dan kecewa yang didapatkan ketika gagal, harga diri dan persona diri yang bisa jadi jatuh atau hilang, menyebabkan kegagalan menjadi momok yang harus dihindari bagi banyak orang.
Padahal, gagal adalah kesempatan kita untuk belajar. Kegagalan yang kita alami adalah sebuah langkah untuk menjadi lebih baik lagi.
Kata Thomas Alfa Edison:
"Saya belum pernah gagal. Saya hanya menemukan 10.000 cara yang tidak akan berhasil."
2. Realistis
Memiliki ekspektasi yang tinggi adalah hal yang terpuji, selama ia realistis. Tanpa disertai penilaian yang objektif, (terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan, dll) target yang kita tetapkan bisa jadi mengawang-awang.Â
Dampaknya, dapat menimbulkan rasa stres yang berlebihan, dan usaha yang terlalu keras untuk mengejar suatu hal, dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam aspek kehidupan lainnya.
Di jaman sosial media ini, menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Kita amat rentan terjebak untuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Akibatnya, ekspektasi kita dapat menjadi tidak realistis.
Kesimpulan
Ekspektasi memiliki peranan penting dalam kehidupan kita. Tanpa ekspektasi yang tinggi, kita akan berhenti berusaha. Namun, dengan ekspektasi yang tinggi pun tidak menjamin bahwa kita tidak akan kecewa.
Kita perlu untuk mengelola ekspektasi dengan tepat. Ada kalanya ia bisa disetting setinggi mungkin, namun ada kalanya kita harus rela menurunkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H