Konselor pernikahan John Gottman menemukan bahwa di dalam pernikahan yang langgeng, sebanyak 65-70 % permasalahan tidak pernah terselesaikan. Berbagai masalah tersebut diselesaikan dengan memoderasi ekspektasi satu sama lain. Dengan kata lain, saling mengalah dengan menurunkan tingkat ekspektasi.
The Expectation Paradox
Menurut Dave Ulrich, terdapat fenomena yang disebut dengan the expectation paradox. Dimana, ekspektasi yang rendah dapat berakibat negatif sama halnya dengan ekspektasi yang tinggi.
Contohnya sebagai berikut:
- (a) Kita tidak mau bekerja dengan optimal karena di perusahaan yang sekarang, tidak berharap banyak bisa naik gaji.
- (b) Kita bekerja keras demi mendapatkan promosi jabatan. Ternyata, setelah bekerja keras membanting tulang, kita tidak kunjung dipromosikan.
Apa kesamaan dampak yang ditimbulkan pada kedua contoh di atas?
Keduanya sama-sama mengakibatkan kekecewaan yang berujung pada peniadaan usaha.
Sebagai manusia, wajar jika kita akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari kekecewaan.
Sebagai seorang karyawan, kita harus mengelola ekspektasi agar kesehatan mental, hubungan sosial dan keharmonisan rumah tangga terjaga sembari tetap meniti karir.
Sebagai seorang atasan, kita perlu mengelola ekspektasi anggota tim agar mereka dapat bekerja dengan optimal dan menemukan makna dari pekerjaan mereka.
Sebagai suami atau istri, kita perlu mengelola ekspektasi terhadap pasangan, agar tercipta hubungan yang langgeng dan harmonis.
Bagaimana Cara Mengelola Ekspektasi?
1. Mindset yang tepat terkait kegagalan