Lebaran sebentar lagi, event reuni kan datang lagi..
Reuni adalah agenda rutin tahunan bagi banyak orang Indonesia. Bagi ekstrover, daftar reunian bisa lebih panjang lagi. Mulai dari alumni semasa kuliah, alumni SD, SMP sampai SMA. Belum lagi ditambah dengan organisasi di luar itu.
Jika diperhatikan, pada event-event reuni semacam itu, mereka yang hadir bisa dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat percaya dirinya:Â
- Terlalu percaya diri
- Tidak percaya diri
- Tampil apa adanya
Sebenarnya, membicarakan jabatan dan materi pada saat reuni adalah hal yang tabu. Namun, tetap saja hal itu tidak bisa terelakkan.Â
Membanding-bandingkan sepertinya sudah menjadi human nature. Tidak harus lewat obrolan, tingkat atau kelas ekonomi seseorang bisa diketahui.
Misalnya, bisa terlihat dari setelan baju yang dikenakan, kendaraan, smartphone, tas dan lainnya.
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita bisa tampil apa adanya sewaktu reuni?
Sebelumnya, mari kita bahas ketiga jenis kepercayaan diri di atas.
1) Tingkat kepercayaan diri rendah (low confidence)
Kondisi ini dapat terjadi karena suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bisa juga karena punya pengalaman di masa lalu yang berdampak buruk bagi persepsi terhadap diri sendiri (self-perception).
Tanda seseorang memiliki low confidence diantaranya: ketika berbicara biasanya gemetaran, bahasa tubuhnya buruk, tidak bisa mengungkapkan ide dengan jelas, tidak mampu mempengaruhi orang lain.
2) Tingkat kepercayaan diri terlalu tinggi (too high confidence)
Penyebabnya masih sama, yakni suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain.Â
Kali ini, ketika seseorang mendapatkan kesan bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain, dia akan meremehkan mereka. Hal ini bisa terlihat dari sikap dan cara berbicara seseorang.
Dia juga memiliki kecenderungan untuk menunjukkan keberhasilannya kepada teman-temannya, tujuannya agar ia mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain.
3) Seimbang, tampil apa adanya
Kondisi ini terjadi ketika kita menampilkan diri kita apa adanya tanpa merasa khawatir, apakah diri kita lebih baik atau lebih buruk dibanding orang lain. Persepsi ini membutuhkan satu persyaratan yang harus dipenuhi, yakni: tidak membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.
Menuju Keseimbangan
Apa yang harus kita lakukan, ketjka di dalam interaksi dengan orang lain kita berada pada kondisi kepercayaan diri yang terlalu rendah atau terlalu tinggi?
Kita perlu untuk segera membuat diri kita berada pada kondisi seimbang "apa adanya". Hal ini penting bagi self-image dan kualitas hubungan kita dengan orang lain di sekitar kita.
Lalu, mana kondisi yang lebih berat, berada di kondisi kepercayaan diri "terlalu rendah" atau "terlalu tinggi?"
Sebagaimana ketika kita mendaki gunung, kita akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk naik ketimbang ketika turun.
Begitupun dengan percaya diri. Berada pada kondisi kepercayaan diri yang terlalu rendah, akan membutuhkan usaha dan waktu yang lebih lama untuk memperbaikinya.
Hal yang perlu juga untuk disadari adalah bahwa manusia bersifat tidak stabil. Kita rentan dipengaruhi oleh beragam hal yang dapat membuat tingkat kepercayaan diri kita naik turun.
Agar Bermental Sehat Ketika Reuni: Menjadi Apa Adanya
Berikut ini adalah saran agar kita bisa menjadi dirinya sendiri apa adanya, tanpa merasa rendah diri atau tinggi hati. Sehingga event reuni pun dapat berjalan tanpa beban dan tanpa rasa bersalah.
- Berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang unik dan memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Fokuslah pada kelebihan diri kita sendiri.
- Miliki standar dan tujuan yang realistis. Kita perlu untuk menetapkan target yang realistis dan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
- Perhatikan pencapaian kecil. Jangan selalu mengukur keberhasilan kita berdasarkan pencapaian yang besar. Rayakan pencapaian-pencapaian kecil dan hargai prosesnya.
- Jadilah diri sendiri dan jangan memalsukan kepribadian. Jangan berusaha untuk menjadi seperti orang lain, karena setiap orang memiliki kepribadian dan karakteristik yang unik. Jadilah diri sendiri dan terima kelebihan dan kekurangan Anda apa adanya.
Seperti kata Theodore Roosevelt:
"Comparison is the thief of joy."
Kita perlu ingat bahwa segala kenikmatan yang kita rasakan, tidak akan berarti jika kita tidak mampu bersyukur.
Dan ketika kita mulai membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, rasa syukur itu kan perlahan memudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H