Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kubikel Kantor dan Kreativitas Kita

5 Januari 2023   12:31 Diperbarui: 6 Januari 2023   05:35 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era serba cepat ini, dimana perubahan begitu sering terjadi, dibutuhkan respons yang tepat agar kita tetap relevan.

Untuk itu, kemampuan berpikir kreatif sangatlah dibutuhkan. Suatu pekerjaan yang sebelumnya hanya bisa dilakukan manusia, bisa jadi segera digantikan oleh teknologi.

Contohnya adalah kemunculan ChatGPT yang bisa jadi sedang mendisrupsi dunia content writing atau kepenulisan.

Jika kita berprofesi sebagai content creator, dan mengabaikan hal tersebut, bisa jadi dalam waktu singkat kita menjadi tidak relevan.

Definisi kreativitas

Kreativitas bukanlah tentang menciptakan sesuatu yang baru dari nol. Kreativitas berarti mampu menemukan hubungan baru antara ide-ide lama atau mengenali hubungan-hubungan antar konsep.

Untuk kemudian, menggabungkan bagian-bagian tersebut dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Sedemikian pentingnya kreativitas, apakah di kantor kita bisa menjadi seorang yang kreatif?

Kondisi di Kantor

Sebagai karyawan, kita dituntut untuk menjadi kreatif. Banyak pekerjaan yang dapat selesai dengan lebih cepat atau lebih baik jika kita kreatif.

Lalu, apakah kantor kita telah didesain untuk memunculkan kreativitas dari para karyawannya?

Menurut pengamatan penulis, banyak perkantoran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Ruang kerja kubikel

Meja kerja sepanjang +/- 120 cm, dipisahkan di ketiga sisinya dengan partisi setinggi +/- 30 cm menghiasi banyak gedung perkantoran.

Keunggulannya, space kantor bisa muat lebih banyak orang. Kelemahannya, kantor jadi lebih padat, personal space menjadi berkurang.

Pengalaman penulis, dengan model kubikel seperti itu, banyak noise alias terlalu ramai. Kurang mendukung untuk bisa melakukan jenis pekerjaan yang membutuhkan fokus tingkat tinggi.  

2. Penuh dengan deadline

Di era VUCA di mana perubahan dapat dengan cepat terjadi, begitupun dengan kehidupan di kantor.

Meeting sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Kumpulan deadline pekerjaan memenuhi jadwal di kalender kita, seakan waktu yang ada tidak cukup.

Kondisi tersebut, sesungguhnya tidak mendukung terjadinya proses berpikir kreatif.

Teresa Amabile dari Harvard University menemukan bahwa di bawah tekanan waktu yang sangat tinggi, kita memiliki kemungkinan 45% lebih kecil untuk memunculkan solusi yang kreatif.

Dengan dua karakteristik di atas, mendesain ruangan dan suasana di kantor agar karyawan dapat tetap nyaman dan rileks menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi banyak perusahaan.

Dengan jam kerja dan kompetensi yang sama, karyawan yang dapat bekerja di kantor dengan rileks akan menghasilkan output yang bisa jadi jauh lebih baik.

Kapan kita menjadi kreatif?

Berbagai kajian menunjukkan bahwa kreativitas ternyata datang dari kondisi rileks, bukan ketika stres atau mengalami keletihan kerja.

Beberapa data menunjukkan, waktu kreatif kita justru terjadi ketika di luar kantor.

Scott Barry Kaufman dari University of Pennsylvania menemukan bahwa 72% orang mendapatkan gagasan baru ketika mandi, jauh lebih banyak daripada ketika berada di tempat kerja.

Mengapa bisa demikian? karena mandi membuat kita rileks.

"Eureka!" adalah perkataan Archimedes ketika mendapatkan "pencerahan" pada saat ia sedang mandi berendam air hangat.

Sejalan dengan hal tersebut, John Kounios, seorang profesor Psikologi di Drexel University melakukan studi panjang terkait cara kerja otak.

Ia menemukan bahwa mandi membantu otak berada pada kondisi yang tepat untuk memunculkan ide dan solusi. Aktivitas berjalan kaki dan berlari juga memberikan dampak serupa.

Tips Agar Mudah Menjadi Kreatif

1. Mandi dengan air hangat

Secara umum, mandi dengan air hangat lebih baik daripada air dingin. Ini karena air hangat dapat membantu menenangkan otot-otot yang tegang dan membuat lebih rileks setelah mandi.

Selain itu, air hangat dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan membantu menenangkan pikiran dan merasa lebih rileks.

2. Rutin berjalan kaki

Studi menunjukkan, merutinkan aktivitas berjalan kaki selama 30 menit setiap hari sudah dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.

Berjalan kaki secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood. Selain itu, dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan kreativitas.

3. Catat ide kapanpun muncul

Ada seorang penulis yang pernah bercerita bahwa dirinya selalu membawa pulpen dan kertas anti air ketika sedang mandi. Hal ini ia lakukan agar ide-ide yang muncul ketika sedang mandi, tidak terlupakan begitu saja.

Begitupun ketika sedang berjalan kaki atau melakukan aktivitas lainnya. Membawa alat mencatat seperti kertas dan pulpen atau smartphone adalah hal yang penting.

Jadi, agar menjadi kreatif dibutuhkan kondisi yang membuat kita merasa rileks. Dan agar ide-ide yang muncul tidak hilang, penting untuk segera mencatatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun