Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Ketabahan dari Keluarga Suneo

22 Oktober 2022   07:43 Diperbarui: 22 Oktober 2022   07:42 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film kartun legendaris Doraemon. Sumber gambar: kompas.com


Bagi generasi 80-90an, hari minggu pagi adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Betapa tidak, Doraemon dan kantong ajaibnya akan datang menghibur kita semua.

Meskipun ceritanya banyak yang bersifat takhayul, ada saja pelajaran berharga yang dapat diambil. Salah satunya adalah dari episode yang berjudul "hadiah ulang tahun Suneo".

Mari kita simak alur ceritanya.

Jatidiri Keluarga Suneo Sebenarnya

Diceritakan bahwa Suneo akan berulang tahun. Giant, Nobita dan Sizuka dibuat bingung dengan hadiah apa yang akan diberikan kepada Suneo.

Mereka bingung karena boleh dikatakan, Suneo sudah memiliki segalanya.

Akhirnya hari pesta ulang tahun pun tiba. Giant, Nobita dan Sizuka datang dengan kotak hadiah masing-masing. Ibu Suneo sudah menyiapkan hidangan untuk acara ulang tahun putranya. Semuanya adalah makanan dan minuman impor terbaik di kelasnya.

Setelah acara jamuan selesai, mereka pun satu per satu memberikan hadiahnya masing-masing. Nobita misalnya, ia memberikan hadiah Celengan (Piggy Bank). Suneo kemudian memberitahu Nobita bahwa ia sudah punya celengan, yang punya fitur canggih - menghitung saldo otomatis.

Begitu juga dengan Giant dan Sizuka. Hadiah yang mereka berikan, semuanya ada tandingannya yang secara kualitas jauh lebih baik.

Akhirnya, mereka bertiga pulang dengan kesal.

Singkat cerita, Suneo pun sedih. Ia kemudian meminta Doraemon untuk mengeluarkan Kotak Seandainya dari Kantung Ajaib miliknya.

Suneo ingin mengetahui bagaimana rasanya menjadi keluarga biasa-biasa saja.

Permintaannya menjadi kenyataan. Tiba-tiba seluruh harta yang dimiliki keluarga Suneo disita, termasuk mobil mewahnya. Suneo dan Ibunya pun pergi dari rumah hanya dengan membawa beberapa helai pakaian dan peralatan seadanya. Mereka pergi menggunakan gerobak dengan ibu Suneo menariknya dari depan.

Di tengah jalan, mereka bertemu dengan ayah Suneo. Ia tampak sangat lelah dan bingung dengan apa yang telah terjadi. Mereka semua lesu dan bersedih.

Mereka meneruskan perjalanan hingga akhirnya sampai di sebuah gua di atas bukit. Mereka memutuskan tinggal disana.

Keluarga Suneo harus tinggal di dalam gua. Sumber gambar: Youtube.com
Keluarga Suneo harus tinggal di dalam gua. Sumber gambar: Youtube.com
Apa yang terjadi kemudian?

Bukannya larut dalam lamunan kesedihan dan meratapi nasib, keluarga Suneo lekas beraktivitas. Ayah Suneo pergi berburu hewan liar untuk dimakan, sedang Suneo dan ibunya bertugas di rumah gua merapikan dan menyiapkan segala sesuatunya.

Malam harinya, mereka makan dengan gembira. Sembari menatap langit yang dipenuhi bintang, ayah Suneo berkata sembari tersenyum: 

"Lihatlah langit indah ini yang bisa dinikmati oleh semua orang, kaya maupun miskin."

Digambarkan dalam cerita, ayah Suneo kemudian berkebun dan membuat kertas sebagai usahanya. Kertas itu diklaim Suneo dapat dijual dengan harga mahal karena memiliki kualitas yang sangat baik.

Sedangkan Ibunya, membuat roti dari gandum yang ditanam oleh suaminya. Suneo mengklaim bahwa roti gandum itu memiliki citarasa terbaik di seluruh jepang, yang kemudian diakui Sizuka setelah mencobanya.

Pelajaran yang bisa diambil

Tidak seorangpun yang menginginkan datangnya kegagalan dan musibah. Namun dalam kehidupan ini, hal itu adalah sebuah keniscayaan.

Hal yang membedakan antara pemenang dan orang yang kalah adalah caranya di dalam mempersepsikan dan merespon kegagalan.

Ketika mengalami kebangkrutan, baik ayah maupun ibu Suneo tampak sedih dan kecewa. Suatu ekspresi yang wajar ketika mendapatkan musibah. Namun, mereka tidak larut dalam kesedihannya.

Mereka segera mengambil aksi dengan sumberdaya dan kemampuan yang mereka miliki. 

Mereka juga menerima pedihnya kenyataan dengan lapang dada. Buktinya, mereka mau tinggal di gua. Padahal sebelumnya mereka tinggal di rumah mewah.

Mereka juga dapat beradaptasi dengan kondisi yang dipenuhi segala kekurangan. Untuk menyalakan api saja mereka harus berusaha keras dengan menggunakan bilah kayu yang digosok-gosokkan. Untuk makan, sang ayah harus berburu atau memancing ikan di sungai.

Selain itu, mereka segera menyusun rencana demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ayah Suneo memutuskan untuk berkebun dan membuat kertas untuk kemudian dijual. Sedangkan ibunya, membuat roti yang juga untuk dijual.

Rintisan usaha ayah Suneo. Sumber gambar: Youtube.com
Rintisan usaha ayah Suneo. Sumber gambar: Youtube.com
Mereka juga tidak lupa bersyukur. 

Di tengah keterbatasan, mereka bahagia bukan dengan menonton televisi atau mandi air hangat seperti yang mereka biasa lakukan. Mereka bahagia hanya dengan menatap langit malam yang penuh dengan bintang.

Ketabahan (Grit) adalah keinginan kuat/hasrat untuk mencapai suatu tujuan besar dalam hidup yang disertai dengan kegigihan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang menyertainya.

Kemampuan tersebut perlu dimiliki untuk dapat menggapai kesuksesan dalam hidup. Lalu, bagaimana agar kita dapat menjadi seorang yang memiliki ketabahan?.

Prof. Angela Duckworth mengatakan:

Untuk menjadi tabah, kita harus menaruh satu kaki di depan kaki yang lain. Menjadi tabah berarti kita harus berpegang kuat pada cita-cita yang menarik dan bertujuan. Menjadi tabah berarti kita berinvestasi pada latihan yang menantang, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Menjadi tabah berarti bila kita jatuh 7 kali, kita harus bangkit 8 kali.

Kesimpulan

Dari kisah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa salah satu rahasia kesuksesan keluarga Suneo adalah ketabahan (grit) yang dimiliki keluarga itu.

Kita pun demikian. Apapun cita-cita kita, dibutuhkan ketabahan untuk mencapainya. 

Dari keluarga Suneo kita belajar apa itu arti ketabahan: yakni kemauan menerima realitas (seburuk apapun itu), sembari tetap yakin akan tujuan besar yang ingin dicapai, disertai dengan usaha seoptimal mungkin.

Pada berbagai titik kehidupan, dengan cara besar dan kecil, kita jatuh terpukul. Bila kita tidak bangkit, ketabahan kalah. Bila kita bangkit, ketabahan menang.

Jadi, kapan kita nonton Doraemon lagi? Jangan lupa untuk memetik pelajaran darinya ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun