Anda tiba di kantor dan buru-buru menghampiri lift. Di sana Anda harus menunggu. Waktu pun terasa lama berjalan. Pintu lift terbuka, namun Anda belum bisa masuk karena penuh.
Setelah menunggu lebih lama, akhirnya Anda bisa masuk ke dalam lift. Beberapa tombol dengan sigap ditekan. Anda tidak sabar untuk sampai di meja kantor.
Pernah mengalami hal tersebut?
Mari sejenak menjadi detektif. Menurut Anda, tombol lift apa yang paling cepat rusak? Jika jawaban Anda adalah tombol "tutup/close" maka selamat, Anda benar.
Para perancang lift menyebutnya "door dwell", yaitu berapa lama sebelum pintu lift menutup. Biasanya di bawah 4 detik. Dan ternyata itu dianggap tidak cukup cepat. Sehingga tombol "tutup/close" menjadi begitu sering ditekan sehingga catnya memudar.
Pertanda apakah ini?
Bahwa kita hidup di era yang serba cepat.
Jika Anda perhatikan, ada saja pengendara yang melanggar lalu lintas atau ngebut di jalan. Padahal, hal itu membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
Mereka ingin cepat sampai di tujuan. Sama seperti mereka yang memencet berulang kali tombol "tutup" pada lift. Waktu yang ada seakan tidak cukup.
Dari sudut pandang psikologis, perilaku tersebut muncul karena ada kekhawatiran. Khawatir jika urusan yang tidak segera diselesaikan akan berdampak pada dirinya, pada kesuksesan hidupnya. Suatu hal yang sering kali diukur dengan materi dan status sosial. Kekhawatiran inilah yang kemudian memicu stres.
Dalam kondisi stres, Anda cenderung untuk overthinking, membesar-besarkan masalah, memperumit kondisi. Anda tidak bisa melihat secara jernih dan objektif.
Ketika stres, pusat pikiran rasional Anda - korteks prefrontal - tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Sistem limbik Anda, bagian otak primitif yang mengolah emosi, mengambil alih kekuasaan.
Akibatnya, Anda tidak bisa berpikir dengan baik. Sehingga kualitas keputusan yang dihasilkan pun buruk.
Jika tombol "tutup" pada lift di kantor Anda sering rusak, bisa jadi hal itu adalah pertanda kurangnya psychological safety atau keamanan psikologis di tempat kerja. Suatu hal yang menjadi syarat terbentuknya employee satisfaction, yang akan berujung pada kinerja tinggi.
Apa solusinya?
Bagaimana agar kita tidak memiliki kekhawatiran berlebih dan lebih bisa menikmati waktu? Bagaimana agar kita tidak perlu ngebut di jalan atau berulang kali memencet tombol "close" pada lift?
Anda harus yakin bahwa Anda memiliki kendali terhadap urusan Anda.
Amy Arnsten dari Yale School of Medicine berkata:Â
Hilangnya fungsi korteks prefontal hanya terjadi ketika kita merasa lepas kendali. Korteks prefontal sendirilah yang menentukan apakah kita memegang kendali atau tidak. Bahkan jika kita memiliki ilusi bahwa kita memegang kendali, fungsi kognitif kita akan terpelihara.
Agar Anda memiliki kendali, Anda harus memiliki rencana.
Rencana yang Anda susun untuk menyelesaikan suatu masalah atau mencapai tujuan Anda.
Breakdown rencana besar Anda menjadi serangkaian langkah kecil yang bisa Anda lakukan. Karena bersifat kecil, rencana tersebut relatif mudah dijalankan dan berhasil. Hal ini akan berdampak positif bagi keyakinan diri Anda.
Anda akan semakin yakin terhadap diri Anda sendiri. Anda akan terbebas dari strss. Dengan terbebas dari stres, Anda akan memiliki waktu yang lebih berkualitas.
Anda pun tidak perlu menekan berkali-kali tombol "closed"Â ketika berada di dalam lift. Mihaly Csikszentmihalyi menemukan fakta menarik sebagai berikut:
Menonton televisi membuat remaja bahagia pada 13% waktu yang ada. Melakukan hobi memperoleh nilai 34% dan olahraga 44%. Tapi apa yang paling sering dilakukan oleh para remaja? Mereka menghabiskan 4x lebih banyak waktu untuk menonton televisi.
Tanpa rencana, Anda cenderung melakukan apa yang pasif dan mudah, bukan apa yang benar-benar dibutuhkan untuk menjadi bahagia.
Tanpa rencana, juga membuat Anda merasa tidak memiliki kendali, yang berakibat pada timbulnya stres.Â
Jadi, sudahkah Anda membuat rencana hari ini?
---
Sumber:
Faster, James Glick
Barking Up the Wrong Tree, Eric Barker
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H