Sebuah survei yang dilakukan di University of Maryland menghasilkan temuan yang menarik. Ditemukan bahwa secara konsisten orang memberikan informasi yang tidak benar, hanya agar mereka terlihat bagus.Â
Contohnya adalah kurang dari 2% peserta survei yang melaporkan bahwa mereka lulus dengan IPK kurang dari 2,5. Padahal di dalam kenyataannya (Jawabannya dibandingkan dengan catatan resmi universitas) sekitar 11% yang memiliki angka itu.
Fenomena pada saat Pemilihan Presiden Amerika 2016 menunjukkan hal yang serupa.Â
Lembaga jajak pendapat di Amerika telah gagal di dalam meramalkan kemenangan Donald Trump pada 2016. Secara rata-rata, mereka menaksir lebih rendah dukungan orang kepadanya.
Kenapa bisa begitu?
Cukup banyak orang yang mungkin malu mengatakan bahwa mereka mendukung Trump. Sebagian mungkin mengaku belum mengambil keputusan. Padahal sebenarnya sejak awal, mereka telah bersimpati kepada Trump. Mereka hanya enggan menyatakannya.
Bagaimana Agar Orang Jujur Pada Saat Disurvei?
Agar survei dapat menggambarkan keadaan atau pendapat sebenarnya dari responden, maka survei perlu didesain dengan memenuhi beberapa aspek berikut ini:
- Anonimitas. Semakin bersifat tidak personal, semakin jujur seseorang dalam memberikan informasi. Untuk mendapatkan jawaban yang jujur, survei internet lebih baik daripada survei telepon, yang lebih baik daripada survei langsung. Orang akan berkata lebih jujur bila sedang sendirian daripada jika ada orang lain bersama mereka
- Kerahasiaan. Aspek ini sangat penting untuk diperhatikan penyelenggara survei. Sebelum mengisi survei, pastikan responden yakin bahwa data yang mereka sampaikan dijaga kerahasiaannya. Apabila muncul kecurigaan dari responden, sukar diharapkan mereka akan memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
- Penentuan item pertanyaan. Jangan menulis pernyataan yang akan disetujui/tidak setujui oleh sebagian besar responden. Hal ini akan memicu terjadinya social desirability bias.
Namun, untuk topik-topik yang sensitif, metode survei apapun akan mendapatkan jawaban sesat yang cukup banyak.Â
Kenapa?Â
Jawabannya menurut Tourangeau, guru besar bidang riset di University of Michigan, adalah insentif. Orang tidak memiliki insentif untuk menyampaikan kebenaran pada survei. "Apa manfaatnya buatku jika menjawab survei ini dengan benar?"
Alternatif Metode Survei
Pada dasarnya, ada sumber resmi yang bisa dijadikan rujukan untuk mendapatkan data yang benar. Namun, untuk hal-hal seperti pendapat pribadi, perasaan dan hasrat seseorang, satu-satunya sumber data hanyalah berasal dari apa yang mereka katakan pada survei.