Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apakah Anda Pernah Berbohong Ketika Mengisi Survei?

2 Juli 2022   07:37 Diperbarui: 2 Juli 2022   07:51 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Survei. Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay 

Sebuah survei yang dilakukan di University of Maryland menghasilkan temuan yang menarik. Ditemukan bahwa secara konsisten orang memberikan informasi yang tidak benar, hanya agar mereka terlihat bagus. 

Contohnya adalah kurang dari 2% peserta survei yang melaporkan bahwa mereka lulus dengan IPK kurang dari 2,5. Padahal di dalam kenyataannya (Jawabannya dibandingkan dengan catatan resmi universitas) sekitar 11% yang memiliki angka itu.

Fenomena pada saat Pemilihan Presiden Amerika 2016 menunjukkan hal yang serupa. 

Lembaga jajak pendapat di Amerika telah gagal di dalam meramalkan kemenangan Donald Trump pada 2016. Secara rata-rata, mereka menaksir lebih rendah dukungan orang kepadanya.

Kenapa bisa begitu?

Cukup banyak orang yang mungkin malu mengatakan bahwa mereka mendukung Trump. Sebagian mungkin mengaku belum mengambil keputusan. Padahal sebenarnya sejak awal, mereka telah bersimpati kepada Trump. Mereka hanya enggan menyatakannya.

Bagaimana Agar Orang Jujur Pada Saat Disurvei?

Agar survei dapat menggambarkan keadaan atau pendapat sebenarnya dari responden, maka survei perlu didesain dengan memenuhi beberapa aspek berikut ini:

  • Anonimitas. Semakin bersifat tidak personal, semakin jujur seseorang dalam memberikan informasi. Untuk mendapatkan jawaban yang jujur, survei internet lebih baik daripada survei telepon, yang lebih baik daripada survei langsung. Orang akan berkata lebih jujur bila sedang sendirian daripada jika ada orang lain bersama mereka
  • Kerahasiaan. Aspek ini sangat penting untuk diperhatikan penyelenggara survei. Sebelum mengisi survei, pastikan responden yakin bahwa data yang mereka sampaikan dijaga kerahasiaannya. Apabila muncul kecurigaan dari responden, sukar diharapkan mereka akan memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
  • Penentuan item pertanyaan. Jangan menulis pernyataan yang akan disetujui/tidak setujui oleh sebagian besar responden. Hal ini akan memicu terjadinya social desirability bias.

Namun, untuk topik-topik yang sensitif, metode survei apapun akan mendapatkan jawaban sesat yang cukup banyak. 

Kenapa? 

Jawabannya menurut Tourangeau, guru besar bidang riset di University of Michigan, adalah insentif. Orang tidak memiliki insentif untuk menyampaikan kebenaran pada survei. "Apa manfaatnya buatku jika menjawab survei ini dengan benar?"

Alternatif Metode Survei

Pada dasarnya, ada sumber resmi yang bisa dijadikan rujukan untuk mendapatkan data yang benar. Namun, untuk hal-hal seperti pendapat pribadi, perasaan dan hasrat seseorang, satu-satunya sumber data hanyalah berasal dari apa yang mereka katakan pada survei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun