Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Sebagian dari Kita Minder jika Ketemu Bule?

26 Maret 2022   12:41 Diperbarui: 27 Maret 2022   11:38 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah ngerasa minder kalo ketemu bule? Jika pernah, kira-kira apa penyebabnya? Padahal jika dipikir secara rasional, tidak seharusnya kita minder ketika ketemu bule. Kita belum tahu apa kelebihan bule itu dibanding kita. Bisa jadi, kita yang lebih pintar misalnya.

Apa dampaknya? Orang yang minder biasanya tidak percaya diri, dan kesulitan di dalam mengeluarkan kemampuan terbaiknya. 

Dia ragu terhadap diri sendiri, dan percaya bahwa lawannya punya kemampuan lebih, padahal itu belum terbukti.

Di dalam dunia kerja, sebenarnya kualitas orang Indonesia tidak kalah dibanding dengan rekan ekspatriatnya, namun karena kurang percaya diri, merekalah yang dapat panggung.

Di Amerika, ada fenomena serupa. Ada suatu eksperimen menarik yang dilakukan oleh psikolog Claude Steele dan Joshua Aronson.

Sekelompok mahasiswa kulit hitam diminta untuk mengerjakan sebagian soal uji masuk Pascasarjana. 

Sebelum mengerjakan, mereka diminta menyebutkan ras dalam daftar hadir. Hasilnya, jumlah jawaban benar yang mereka peroleh berkurang sampai separuhnya.

Kenapa fenomena unik ini bisa terjadi?

Penjelasannya, ada asosiasi tertentu yang telah terbentuk di dalam memori. Di negara kita, bule diasosiasikan dengan kecerdasan dan berbagai kelebihan lainnya. Sedangkan di Amerika, kulit hitam biasa dihubungkan dengan beberapa sifat buruk, termasuk dalam hal prestasi akademik.

Asosiasi ini terletak di sistem memori jangka panjang. Apabila ada suatu peristiwa yang memunculkan satu hal, hal itu akan men-trigger munculnya hal lain yang telah terasosiasi dalam memori.

Contoh lainnya, apa yang muncul pertama kali di pikiran Anda ketika dihadapkan pada kata "kuning"? 

Kebanyakan akan menjawab "pisang" atau hal lain yang terasosiasikan dengan "kuning" di memorinya.

Fenomena ini dikenal sebagai the priming effect. Bias ini terjadi ketika seorang individu terekspose kepada stimulus tertentu yang mempengaruhi responsnya terhadap stimulus berikutnya, tanpa disadarinya.

Skema ini aktif biasanya melalui apa yang dilihat, dibaca atau didengar. Skema yang telah terasosiasi, diaktifkan secara bersama-sama. Artinya data atau informasi yang berhubungan akan aktif atau muncul di waktu yang sama pula.

Ilustrasi minder | Sumber: mentari.delita di Orami
Ilustrasi minder | Sumber: mentari.delita di Orami

Priming Effect Dapat Berdampak Baik maupun Buruk

Pada umumnya, peristiwa hujan akan terasosiasi dengan jalanan licin di memori jangka panjang. Apabila Anda sedang berkendara dan kemudian turun hujan, memori tersebut akan muncul dan membuat Anda lebih berhati-hati dalam berkendara. Benarkah demikian?

Hal di atas adalah salah satu contoh dampak positif priming effect. Lalu, apa contoh yang sebaliknya? Mari simak percobaan yang dilakukan oleh profesor John Bargh.

Dia membagi mahasiswanya ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama ditugaskan untuk membentuk kalimat dari kumpulan kata yang acak. Kelompok ini diberi kata yang menggambarkan agresi atau ketidaksabaran.

Kelompok kedua, diberi kumpulan kata acak yang menggambarkan kesabaran dan perasaan positif. Setelah selesai, Profesor Bargh meminta mereka untuk menunggu hasil jawaban mereka.

Hasilnya, mahasiswa yang diberikan kalimat yang mengandung kata bernada agresif, menjadi sangat frustrasi ketika harus menunggu jawaban mereka dikoreksi.

Sedangkan mahasiswa yang diberikan kalimat tentang kesabaran dan rasa positif, menjadi tidak frustrasi ketika harus menunggu.

Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa jika kita diberikan stimulus untuk berperilaku dengan cara tertentu, niscaya kita benar-benar akan berperilaku seperti itu.

Penerapan Priming Effect pada Dunia Bisnis

"Orang pintar minum tolak angin"

Pernah mendengar frasa tersebut? Brand tersebut dengan cerdas mengasosiasikan kata "pintar" dengan produk herbal anti masuk anginnya. Calon konsumen yang berulang kali mendengar frasa ini dapat terpengaruh di dalam keputusan pembeliannya.

Suatu saat jika ia akan membeli produk herbal anti masuk angin, dan kata "pintar" muncul dalam memorinya, maka konsumen akan cenderung memilih merek tersebut dibanding merek lainnya.

Ingin berbisnis cafe/kantin kejujuran? Ada sebuah studi lain yang menarik. Sebuah gambar yang hanya terdiri dari dua pasang mata ternyata berpengaruh terhadap tingkat kejujuran di sebuah cafe kejujuran.

Pada saat gambar mata tersebut ditempel, hal itu ternyata mampu mempengaruhi orang untuk mengubah perilakunya. Dalam hal ini adalah untuk membayar minuman yang dipesan sesuai harganya.

Ketika gambar tersebut dicopot, yang terjadi adalah, orang membayar tidak sesuai dengan harga minuman yang dipesannya.

Tips Memanfaatkan Priming Effect agar Anda Lebih Percaya Diri

Ingin optimis dan percaya diri sepanjang hari? 

Prinsip priming effect dapat digunakan. Silahkan tempel hiasan dinding yang bertuliskan kata-kata motivasi. Bisa apa saja, yang penting memberikan vibes positif.

Letakkan di tempat yang sering dilihat sehingga tanpa sadar kata-kata tersebut telah tertanam di dalam alam bawah sadar. Lambat laun, Anda akan menjadi lebih percaya diri, lebih optimis dalam menjalani hari. Tidak perlu repot-repot, hal itu akan muncul dengan sendirinya dari alam bawah sadar Anda.

Tips Memanfaatkan Priming Effect agar Punya Gaya Hidup Sehat

Suatu eksperimen dilakukan kepada sekelompok siswa. Beberapa siswa diberikan kumpulan kalimat yang mempromosikan gaya hidup sehat, di mana kelompok siswa lain diberikan kumpulan kalimat yang sebaliknya.

Hasilnya, siswa pada kelompok pertama lebih suka menggunakan tangga untuk naik ke kelas yang ada di lantai atas sekolah. Di sisi lain, kelompok kedua lebih suka menggunakan elevator.

Anda juga bisa mencobanya. Ekspose diri Anda terhadap kata-kata, gambar atau audio yang berhubungan dengan hidup sehat.

Terakhir, kita dapat terkena bias ini sehingga berperilaku dengan cara tertentu berdasar dari apa yang kita baca, lihat dan dengar. 

Dampaknya, bisa jadi positif maupun negatif. Namun, kita juga dapat memanfaatkan bias ini untuk kebaikan diri kita sendiri.

Sumber:

1. https://thedecisionlab.com/biases/priming

2. Blink: Kemampuan Berpikir tanpa Berpikir by Malcolm Gladwell

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun