Mohon tunggu...
Mustara Satori
Mustara Satori Mohon Tunggu... Dosen -

Pelaku bidang kesehatan masyarakat dan sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salam Dua Jari, Salam Tiga Jari, Sampai dengan Salam Gigit Jari

21 November 2014   06:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam dua jari..., demikianlah slogan yang digunakan Jokowi - JK dan tim suksesnya saat berkampanye dalam pemilihan presiden 2014 berhadapan dengan Prabowo - Hatta. Slogan salam dua jari seolah menjadi perekat beberapa komponen masyarakat baik yang bergerak secara sukarela maupun komponen lain yang digerakan oleh "sesuatu". Faktanya salam dua jari telah "menjadikan" pasangan Jokowi - JK menjadi pemimpin Bangsa Indonesia untuk masa periode 2014 - 2019. SEMOGA.......!

Pasca terpilihnya Jokowi - JK jadi presiden dan wakil presiden kekuatan dan komponen bangsa ini seolah terbelah menjadi dua kubu yang satu sama lainnya saling menegasikan dalam setiap interaksi sosial politik dewasa ini. Ide dan langkah politik Jokowi patut diberi apresiasi ketika melakukan serangkaian langkah safari politik menjelang pelantikannya tanggal 20 Oktober 2014. Sejumlah "mantan lawan" politiknya disambangi untuk meredakan situasi sosial politik yang berkembang. Slogan salam tiga jari menjadi trend sebagai upaya untuk menyatukan kembali kekuatan yang berseberangan dimasa pilpres.

"SALAM DUA JARI" dilanjutkan dengan "SALAM TIGA JARI" memberikan kontribusi yang positif terhadap asa masyarakat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Paling tidak pada saat itu respons positif ditunjukan oleh pelaku ekonomi dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Digelarnya pesta rakyat juga menambah semarak dan menguatkan harapan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi - JK.

Harapan masyarakat yang semakin tinggi seolah mengalami titik nadir dan anti klimaks menjelang pelantikan para menteri kabinet yang akan menjadi pembantu presiden untuk merealisasikan janji - janjinya Jokowi - JK (NAWACITA). Hal itu ditandai dengan adanya tanda kuning dan merah yang diberikan oleh KPK terhadap para calon menteri yang diajukan oleh Jokowi - JK. Hal itu menunjukan bahwa Jokowi - JK tersandra dengan tetap mengajukan orang - orang "titipan" partai untuk dijadikan menteri. Bahkan isu berkembang bahwa calon menteri yang sudah diberi tanda pun tetap dilantik menjadi menteri hal ini menguatkan dugaan bahwa Jokowi - JK tersandera partai.

Tepat pada suatu titik Jokowi mengumumkan bahwa BBM naik 2.000 rupiah untuk premium dan solar. Maka tak ayal para pengamat, politisi, dan elite partai mengkritisi kebijakan pemerintah dengan menaikan harga BBM ditengah turunnya harga BBM secara internasional. Kebijakan tersebut mendorong elite dan beberapa anggta DPR bersiap - siap untuk mengajukan hak interpelasi kepada presiden. Somoga langkah beberapa naggota DPR tersebut bukan semata - mata pencitraan belaka tapi hakikatnya ingin memperjuangkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat kecil yang makin terpinggirkan dengan adanya kebijakan kenaikan BBM tersebut. Akhirnya masyarakat Indonesia baik yang mendukung Jokowi - JK maupun tidak harus mengucakan "SALAM GIGIT JARI" terhadap kebijakan kenaikan BBM tersebut.

Akhirnya kita harus mengatakan "SALAM 2 JARI" telah mengantarkan Jokowi - JK menjadi Presiden dan Wakil Presiden. "SALAM 3 JARI" telah menyatukan kembali bangsa dan masyarakat. "SALAM GIGIT JARI" telah mengantarkan masyarakat pada penderitaan. Semoga Jokowi - JK tidak lupa pada NAWACITA-nya dan tuntas mejalankan pemerintahan ini sampai dengan 2019. Amien....!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun