Gaya kepemimpinan memegang peranan krusial dalam membentuk dinamika suatu organisasi atau kelompok. Sifat dan pendekatan seorang pemimpin dapat memberikan warna dan arah pada budaya kerja, motivasi anggota tim, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pencapaian tujuan bersama. Penelitian dan pengembangan dalam bidang kepemimpinan terus menyoroti beragam gaya dan strategi yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam konteks ini, artikel ini akan menjelajahi berbagai gaya kepemimpinan, merinci karakteristik utama, serta dampaknya terhadap efektivitas dan keberlanjutan suatu tim atau organisasi.
Gaya kepemimpinan mencerminkan pendekatan dan perilaku seorang pemimpin dalam mengelola dan memandu anggota tim atau organisasi. Ini mencakup cara pemimpin mengambil keputusan, berkomunikasi, memotivasi, dan mengelola konflik. Gaya kepemimpinan dapat bervariasi, mulai dari pendekatan yang otoriter dan tegas hingga pendekatan yang lebih demokratis dan partisipatif. Pemimpin seringkali memilih gaya kepemimpinan berdasarkan konteks, tugas yang dihadapi, serta karakteristik dan kebutuhan anggota tim. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang berbagai gaya kepemimpinan menjadi penting dalam membentuk budaya organisasi yang dinamis dan sukses.
Sejalan dengan pengertian diatas tentang gaya kepemimpinan bahwa  Makawimbang (2012) mengemukakan bahwa ada 3 gaya kepemimpinan yang bisa menjadikan sebagai gaya kepemimpinan guru SD yaitu (1) gaya kepemimpinan otokrasi, (2) gaya kepemimpinan yang demokratis, (3) gaya kepemimpinan kendali bebas.
1. Â Â Â Gaya Kepemimpinan Otokrasi
Model kepemimpinan otokratik merujuk pada pendekatan kepemimpinan di mana keputusan dan kontrol sepenuhnya terletak pada seorang pemimpin tunggal. Dalam model ini, pemimpin mengambil keputusan tanpa melibatkan atau mengonsultasikan anggota tim atau bawahan. Kepemimpinan otokratik ditandai oleh otoritas yang kuat dan sentralistik di tangan pemimpin, yang memberikan petunjuk dan arahan secara langsung kepada bawahan.
Pemimpin dalam model kepemimpinan otokratik dianggap sebagai sumber otoritas utama, dan kebijakan serta keputusan dibuat tanpa melibatkan partisipasi atau kontribusi signifikan dari anggota tim. Meskipun pendekatan ini dapat memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan konsisten, tetapi dapat pula menyebabkan kurangnya motivasi dan keterlibatan anggota tim karena kurangnya ruang untuk memberikan masukan atau berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, model kepemimpinan otokratik menonjolkan pemberian wewenang dan kontrol yang sangat besar pada pemimpin, dengan sedikit ruang untuk partisipasi atau pengaruh dari bawahan. Pendekatan ini umumnya diterapkan dalam situasi-situasi di mana pemimpin dianggap memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih baik untuk membuat keputusan, dan kecepatan dalam pengambilan keputusan dianggap sebagai prioritas utama.
2. Â Â Â Gaya Kepemimpinan Demokratis
Model gaya kepemimpinan demokratis merujuk pada pendekatan kepemimpinan di mana anggota tim atau kelompok terlibat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Dalam model ini, pemimpin mendorong diskusi terbuka, menghargai kontribusi anggota tim, dan menciptakan lingkungan yang mendukung kerjasama.
Kepemimpinan demokratis dicirikan oleh proses konsultatif yang melibatkan pemimpin dan anggota tim. Keputusan dibuat melalui dialog dan diskusi bersama, memberikan setiap anggota tim peluang untuk menyampaikan masukan, berbagi ide, dan merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Pendekatan ini memiliki kecenderungan untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan anggota tim karena mereka merasa dihargai dan memiliki peran yang signifikan dalam arah dan keputusan kelompok. Model kepemimpinan demokratis terbukti efektif dalam situasi di mana kreativitas, kerjasama tim, dan pengambilan keputusan bersama dianggap krusial untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok