Kita terlalu mudah memberikan gelar crazy rich hanya berdasarkan kemewahan apa yang ditampakkan, bukan pada apa yang sebenarnya dimiliki. Sebab yang ditampakkan, belum tentu dimiliki. Ada banyak kemungkinan, terutama siapa tahu ia afiliator atau hanya menerima iklan.
Judul ini bukan provokasi, bukan pula mengingkari. Kita tahu, crazy rich yang asli itu ada, dan setiap tahun selalu diumumkan oleh Forbes, lengkap dengan analisanya. Crazy rich yang asli, "diakui" resmi.Â
Mereka adalah orang-orang yang nangkring dalam deretan manusia terkaya di negaranya masing-masing. Sementara crazy rich yang utama, tentu adalah mereka yang masuk dalam daftar orang-orang terkaya di dunia.
Kalau sebagian kita tidak mengetahuinya, ya, sebab mereka memang tidak pernah pamer. Mereka tahu, usaha puluhan tahun yang mereka bangun tak perlu dibuat gagah-gahanan, apalagi dirusak dengan usaha merampok penilaian orang.
Itulah kenapa crazy rich-nya ditambahi dengan tanda petik, sebagai penanda, bahwa maknanya berbeda alias crazy rich bodong.
"Crazy rich" yang, entah, bagaimana ceritanya lalu menjadi sedemikian viral dijagat maya kita, pamer apapun yang bisa ditunjukkan, sering muncul di dinding-dinding medsos, dan tentu saja dirayakan oleh netizen-netizen maha benar yang sebagiannya suka menghamba pada ketenaran dan kekayaan.Â
Mereka "crazy rich", yang secepat kilat bisa mengumpulkan duit lalu berbicara seolah-olah penuh perjuangan dan usaha banting tulang. Tentu saja, "ritual" baru sebagai penanda keberhasilan, yaitu flexing. Pamer harta, kekayaan. Membeli ini dan itu yang harganya puluhan, ratusan, bahkan miliaran. Semuanya seolah "murah banget".
Itu pun belum ditambah dengan semi-kecongkakan, baik secara terang-terangan atau pun diam-diam, kadang tersembunyi di balik sumbang-menyumbang, laku sosial.
Perbincangan tentang ini semakin ramai ketika "crazy rich" Indra Kenz dan Doni Salmanan ditetapkan sebagai tersangka. Ancamannya berat-berat. Selain hukuman kurungan, ada bayang-bayang dimiskinkan dan semua aset dari hasil menipunya akan disita. Dari beberapa postingan di twitter, masih banyak nama-nama yang "dipantau", terutama mereka yang berposisi sebagai afiliator.
Ya, afiliator. Mereka yang menikmati kemewahan dari kerugian orang lain; tertawa bahagia di atas derita orang lain; petantang kesana-kemari memamerkan kekayaan dan jalan-jalam di saat korbannya berdiam di kamar, mungkin menangis meratapi kekalahan.