Kalimat-kalimatnya sangat menusuk, dan mestinya cukup untuk membuat netizen serampangan itu sadar, bahwa ada yang lebih penting dibandingkan "gila" pada pujaan dan idola, yaitu tetap menggunakan akal waras.
"Diajak berpikir kritis marah. Tapi tidak apa-apa, aku akan terus mengajak kalian berpikir kritis kalau follow aku. Kalau nggak mau diajak berpikir kritis, follow seleb yang lain aja," Wanda melanjutkan, ".. Karena aku ingin turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan satu lagi, aku nggak gila followers, i like my small circle", tegasnya.
Statement Wanda ditutup dengan epilog yang sangat menohok, "... Ribuan komen bulian kalian masuk ke IG saya, berharap saya 'kena mental'. (You guys are so sick.. berharap orang 'kena mental'). Tapi sayang, kali ini kalian salah orang" katanya.
"...You don't know me. Mental saya sudah tertempa sebelum kalian lahir. Urus mental kalian sendiri sana, yang gila memuja-muji kekayaan dan ketenaran. Mimpi yang tak pernah kalian perjuangkan cuma sibuk mimpi dan nyinyir...". Pernyataan epic yang menusuk.
Gila memuja-muji kekayaan dan ketenaran, sebuah kenyataan "pahit" sekaligus alasan kenapa entertainer yang sukanya pamer dan lebay itu masih jadi idola di dunia keartisan dan permedsosan kita.
Setelah itu, tak lama kemudian, Wanda Hamidah mendapatkan banyak dukungan. Secara pribadi, saya akui apa yang disampaikan Wanda memang benar dan lebih bijak merespon soal kehebohan dari misleading informasi ini.
Beberapa produk, bahkan akhirnya menjadi gunjingan. Geprek Bensu misalnya, menjadi trending di twitter dengan komen yang rata-rata memojokkan. Dalam beberapa komen, yang menyertakan fashion ayam geprek-nya, saya melihatnya, kok, seperti gimana gitu, ya. Absurd saja melihatnya.
Kemudian muncul isu lain yang semakin melebar, soal cara untuk memerkenalkan produk di dunia Internasional, tentang beberapa produk yang sebelumnya sudah Go Internasional tapi tidak memilih cara-cara lebay untuk mendongkrak popularitasnya. Tak lama juga muncul Agnez Mo dengan Nasi Padangnya.
Sebagian lagi membaca, ini seperti sebelumnya, dimana beberapa produk seolah-seolah "diterima" di dunia internasional, padahal target pasarnya sebenarnya masih nasional. Mereka berbondong-bondong ke luar negeri, hanya untuk meningkatkan pemasaran di dalam negeri. Memang terlihat sebenarnya, terutama ketika dalam tayangan, banyak sekali yang menggunakan masker merah putih.
Artinya, mungkin benar kata sebagian orang, mereka bawa produk sendiri, penonton dan rombongan sendiri, mengesankan sebagai bagian dari PFW, lalu menyoraki dan bertepuk tangan sendiri.
Secara target, mungkin brand itu akan jadi ploncoan. Tapi justru itu yang mereka harapkan. Menjadi perbincangan di tanah airnya sendiri. Mau baik atau sebaliknya, mereka tak peduli. Toh, pada akhirnya tinggal dibuatkan isu yang meleleh-leleh untuk meraup simpati. Apalagi semuanya adalah lingkaran influencer dan selebgram.