Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Metamorfosis Iklan Televisi Semakin Aneh

23 Februari 2022   17:10 Diperbarui: 24 Februari 2022   22:11 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iklan adalah konten wajib dalam dunia pertelevisian yang tetap paradoks.

Dulu, sebagai selingan dari program tayangan inti, iklan sangat menjengkelkan terutama ketika yang dijeda adalah acara yang ditunggu-tunggu, yang tayangnya tidak streaming setiap malam tapi setiap minggu. Waktu jeda iklan yang sangat lama, terpaksa harus dilihat dan ditunggu. Lebih-lebih, dulu tak seperti sekarang dimana tinggal pencet, channel yang disediakan bermacam-macam.

Makanya, dulu ada beberapa iklan yang menjadi masterpiece, fenomenal, dan lengket di benak penontonnya bahkan hingga sekarang. Iklan masih menjadi satu bagian dari acara atau film yang ditayangkan.

Bagi stasiun televisi, iklan adalah soal industri dan pendapatan. Semakin banyak iklan, semakin banyak mendapatkan cuan. Hidup industri televisi didapatkan dari iklan. Tak peduli penonton merasa bosan, yang penting iklan harus terus berjalan. Grade stasiun televisi pun, pada titik tertentu, bisa ditentukan oleh seberapa banyak ia mendapatkan iklan.

Bayangkan saja, Nielsen mencatat nilai belanja iklan 2020 justru naik hingga Rp229 triliun di semua media tipe media, dimana lebih dari 70% jumlah itu dikuasai oleh iklan di televisi. Bukankah ini angka yang fantastik dan menggiurkan?

Dalam industri televisi, iklan adalah permata. Berbeda dengan iklan di media cetak, media online, radio, atau media lainnya, tarif memasang iklan di telivisi harganya puluhan juta. Bahkan bisa ratusan juta saat ada acara-acara besar yang ditayangkan telivisi atau mungkin saat ambil jeda iklan di waktu primetime. Biasanya sudah disediakan paket yang bermacam-macam, bergantung pilihan dan kemampuan budget pengiklan.

Kalau sedang ada event atau siaran telivisi yang pasti mengundang banyak mata untuk menonton, sebut saja siaran olahraga, atau mungkin sinetron-sinetron yang sedang jadi primadona, harga iklannya bisa lebih menggila.

Saya tidak memiliki data sejauh mana manfaat memasang iklan telivisi itu terhadap peningkatan penjualan sebuah produk, tapi ketika masih banyak personal atau perusahaan yang menggunakannya, berarti mungkin pengaruhnya masih signifikan, setidaknya lumayan.

Masalahnya, saat ini banyak orang sebenarnya tidak menyukai iklan. Kalau jeda iklan datang, biasanya itu dilanjutkan dengan ngobrol, melakukan aktivitas lain sembari menunggu, main hape kembali, atau mungkin ganti ke channel yang tidak sedang iklan. Ada berapa orang yang anteng nontonin iklan selama beberapa menit itu tanpa berpindah ke lain fokus? Sepertinya tidak ada!

Menyadari semakin tidak menariknya iklan itulah, cara dan pola menyajikam iklan itu mengalami metamorfosis, yang pada titik tertentu terasa aneh dan sangat mengganggu.

Iklan biasanya ditampilkan saat jeda. Untuk film atau sinetron dan iklan, ada waktunya masing-masing. Tidak saling mengganggu. Ada iklan yang panjang dan penuh, ada juga jenis iklan yang cuma tayang sekian detik, tapi diulang sebangak tiga kali. Ingat, kan? Sementara sekarang, sejak beberapa tahun terakhir waktu untuj iklan "merampas" waktu penonton untuk melihat tayangan atau siaran karena ada penyusupan iklan.

Kita sering melihat iklan bergentayangan saat film atau sinetron sedang berlangsung melalui baliho atau billboard yang tiba-tiba berdiri di pinggir jalan memampangkan produk tertentu (product placement). Seolah-olah di tempat itu ada billboard, padahal kita tahu itu hasil design. Di alam nyata, tak ada iklan itu. Produk yang diiklankan di "billbord" bergantian, bergantung pengiklan. Termasuk juga dengan mempersempit layar televisi, lalu di kanan-kiri-bawahnya dipampangkan iklan segede gaban.

Bahkan pada perkembangannya metamorfosis iklan semakin rakus karena bukan hanya menghadirkan iklan melalui design tapi beberapa artis pemain sinetron atau pengisi acaranya yang langsung berperan. Penah, gak, ketika asik-asik nonton acara atau mungkin sinetron di telivisi tiba-tiba ada 2 atau 3 orang artis yang sedang duduk mengiklankan sebuah produk? Seolah bagian dari scene tayangan, tampaknya, tapi jelas itu adalah iklan.

Ya, iklan mengalami metamorfosis. Dulu, iklan sesuai waktu saja sudah terasa mengganggu apalagi iklannya disusupkan. Iklan semakin banyak merampas waktu dan mendistraksi penonton untuk menikmati tayangan. Ia muncul pada waktu yang disediakan ketika jeda; muncul bersama tayangan melalui billboard fiktif; memperkecil ukuran layar; dan memanfaatkan para artis pemain saat tayangan berlangsung!

Entah cara apalagi yang akan dimanfaatkan untuk menyelundupkan iklan secara diam-diam di tahun-tahun berikutnya. Mari kita tunggu distraksi itu.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun