Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Merayakan" Kepergiannya: Husnul Khatimah, Lord Didi

7 Mei 2020   00:43 Diperbarui: 7 Mei 2020   00:57 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas Didi adalah contoh, bagaimana kesederhanaan, ciri khas, dan keteguhan dalam berkarya akan mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Dulu, saya sering mendengarkan lagu-lagunya, meski terbatas hanya beberapa lagu seperti Stasiun Balapan, Sewu Kuto, dll. Setelah itu, sempat lama tak terdengar.

Lalu beberapa tahun belakangan, Mas Didi mencuat lagi. Diterima oleh anak-anak muda yang kemudian menamakan dirinya sebagai "ambyarisme" melalui lagu-lagunya seperti Cidro, Pamer Bojo (Cendol Dawet) yang kemudian dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi cover di Youtube.

Lalu setelah semua itu, disaat virus ambyarisme merangsek, jutaan manusia mungkin sedang menangis sejadi-jadinya; Tak menyangka ditinggalkan dalam waktu begitu cepatnya. Kita bisa melihat bagaimana pemberitaan ramai olehnya, semua lapisan masyarakat ikut mengucapkan bela sungkawa termasuk Presiden, hampir semua trending topic di twitter berisi tentangnya, tentang kematiannya yang mengejutkan itu.

Nyeseknya, semua itu terjadi justru saat kita semua dinina-bobokkan dengan lagu-lagunya, terpana dengan aksi-aksi kemanusiaannya, kagum dengan laku dan kesederhanaannya, terpana dengan senyumannya. Kalimat-kalimatnya juga bersliweran menjadi quotes yang disebarkan kemana-mana dan dapat ditemukan dimana-mana.

Padahal, mungkin bukan kesedihan semacam itu yang Mas Didi harapkan. Sebagaimana lirik lagu-lagunya yang selalu menyentuh meski tidak untuk membuat tangis, seperti itu juga yang mungkin Mas Didi harapkan. Kematian adalah kematian. Tapi sehebat-hebatnya dan sesedih-sedihnya kehidupan, kita harus kuat. Jika pun serasa tidak kuat, kita tetap harus kuat.

Dalam konteks inilah kita barangkali perlu "merayakan" kepergiannya dengan cara yang berbeda sebagaimana ia kerap menertawakan keperihan dengan cara tak biasa. Kita "merayakannya" dengan menjaga semangat untuk tetap kuat, merenungi pesan-pesan dalam lirik lagunya agar tak begitu saja menguap.

Mas Didi adalah sosok yang suka membercandai kesedihan untuk dirayakan bersama sehingga menjadi kebahagiaan, maka kita bisa "merayakan" kepergiannya dengan sedih tidak berlebihan lalu bersama-sama merubahnya menjadi kekuatan: doa. Kita merayakannya melalui kesederhanaan dan kebersahajaan yang dicontohkannya, melalui senyuman bahkan saat keadaan getir tak karuan, melalui nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukannya.

Poin terakhir ini kita bisa melihatnya pada apa yang dilakukannya beberapa waktu terakhir ini: berhasil mengumpulkan miliaran rupiah untuk membantu sesama saat pendemi Covid-19 sedang meraja lela, membangun kesadaran masyarakat melalui racikan lagunya untuk menjaga kesehatan dan memutus rantai penyebaran virus Corona.

Intinya, apa yang ada pada Mas Didi, baik kemampuan musikalitasnya, menganggit lirik-lirik magisnya, dan perilakunya, adalah hidangan istimewa yang semakin membuat banyak orang jatuh cinta. Tapi justru disaat seperti itulah, ia meninggalkan kita. Seperti diputus pas lagi sayang-sayangnya!

Tapi sekali ini, mungkin dalam beberapa waktu, akan mengurai air mata sesungguhnya. Ia sudah tiada. Meninggalkan rasa ambyar yang luar biasa. Bahagia, bahagia karena ia meninggalkan kita dengan cara yang sempurna. Cara yang membuat banyak kita cemburu melihatnya.

Kita doakan, semoga diampuni segala dosanya, diterima segala amalnya, dan husnul khatimah. mn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun