Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terorisme dan Bisnis Syariah Bodong Semakin Merusak Citra Islam

29 November 2019   00:30 Diperbarui: 29 November 2019   12:26 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kampung-kampung, bahkan mulai menjamur lembaga-lembaga keuangan yang menjual semangat memurnikan muamalah dari praktik ribawi dan bersih dari bunga. Entah itu berupa simpan-pinjaman, tabungan haji, tabungan umum, dll. Namun dari beberapa cerita pengalaman teman, tetangga, dan kisah lain yang didengar penulis, ada beberapa keluhan, diantaranya soal bagi hasil yang dianggap tidak proporsional dan adil, profesionalitas kerja, serta sedekah atau infaq atau apapun istilahnya yang bahkan lebih tinggi dari bunga Bank konvensional.

Sempat viral keluhan-keluhan dari anggota beberapa BMT di medsos beberapa waktu lalu. Anehnya, mereka yang mempertanyakan hak dan kejelasan justeru diserang karena dianggap meragukan lembaga BMT yang kebetulan "bernama" dan bonafid, lebih jauh dianggap tidak mempercayai ajaran-ajaran Islam dalam konteks muamalah. Padahal mereka, kan, hanya ingin mendapatkan jawaban kenapa "iurannya" justeru lebih tinggi dibandingkan bunga Bank.

Jadi, pada titik inilah sebenarnya yang perlu diluruskan kembali, bahwa sangat tidak dianjurkan untuk terlalu mudah memercayai bisnis yang menggunakan embel-embel syari'ah sebagaimana tidak disarankan juga untuk terlalu gampang percaya, bahwa yang berbau syari'ah tidak terlalu meyakinkan karena banyak contoh dan bukti yang menjelaskan, bahwa bisnis syari'ah itu jauh lebih berkah.

Artinya begini, kita percaya, bahwa soal terorisme dan bisnis bodong berbau syari'ah itu adalah perilaku oknum. Namun, janganlah terlalu mudah membawa label syari'ah karena tanggung jawabnya sangatlah berat. Salah sedikit, tidak hanya perusahaan yang rugi tapi akan menyasar secara umum terhadap Islam sebagai sebuah agama. Islam akan semakin jelek dan dianggap buruk karena perilaku pemeluknya yang mengatasnamakan Islam hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Padahal Islam mengatur sedemikian jelasnya bagaimana muamalah yang sesuai dengan syari'ah itu. Semuanya sudah lengkap dalam fiqih muamalah dengan berbagai pandangan dari ulama' dan pemikir yang bisa dipertanggungjawabkan secara agama, keilmuan, dan moral.

Menginginkan muamalah, bisnis, usaha, dan investasi yang sesuai dengan syari'ah adalah sebuah keniscsyaan bagi seorang muslim, tapi sekali embel-embel syari'ah itu disematkan, maka berusahalah untuk melakukannya dengan baik dan benar sesuai aturan. Jangan hanya mempergunakan kata syari'ah untuk meraup klien dan demi keuntungan bisnis semata. Begitu pula dengan terorisme yang semakin mengerikan.

Bagaimana mungkin berbicara soal syari'ah dan demi kemajuan Islam, sementara pada praktiknya si beberapa tempat) jauh lebih "barbar" dibandingkan sesuatu sering dicap sebagai sistem gagal? Kalau mau jahat, jahat saja. Tak perluencari dalil dalam Islam karena tak akan ditemukan. Kalau mau menipu, menipu saja. Tak perlu istilah investasi syari'ah yang pada akhirnya bodong.

Teroris, berhentilah menggunakan narasi agama sebagai alasan dan pembela. Para pengusaha di bidang syari'ah, berhentilah menggunakan embel-embel Islam jika pada praktiknya tidak mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan. Jika tidak demikian, "Anda berdua" justeru akan semakin merusak citra Islam.

Bertarunglah secara jantan. Dalam dunia ideologi atau perrkonomian. Jangan memanfaatkan situasi psikologis massa dengan menawarkan "label syari'ah" yang pada akhirnya bodong atau tak perlu menempelkan label keislaman untuk memberikan justifikasi atas tindakan terorisme yang dilakukan.

Kita masih percaya, bahwa mayoritas Muslim memiliki laku keagamaan yang benar. Banyak yang masih bisa jadikan sebagai rujukan dalam beragama maupun berbisnis sesuai dengan syariah yang lurus. Sisanya adalah penipuan dan keserakahan atas dalil dan prinsip beragama yang diselewengkan. Mereka itulah oknum, yang ssbenarnya sangat merusak Islam dari dalam. Semoga kita semua terselamatkan. mn.

Salam,
Mustafa Afif
Kuli Besi Tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun