Fans dan pemilik klub elite di Eropa seperti kebelet menang dan kebelet untuk menjadi juara. Padahal untuk menjadi yang hebat, menunggu dan mengerti prosesnya juga harus hebat.
Memang menyebalkan ketika tim kesayangan menelan kekalahan, apalagi dari musuh bebuyutan. Tapi pelatih bukan satu-satunya faktor penyebab kekalahan sehingga tak perlu gercep untuk memecat.
Berikan batas waktu, setidaknya untuk melewati jendela transfer sekali saja untuk menentukan pemain pilihannya. Setelah diberikan waktu tidak juga naik, mungkin memang waktunya dipecat.
Fans tim elite Eropa, dalam hal demikian mulai seperti fans tim sepak bola Indonesia. Bedanya, di Eropa tidak dengan vandalisme atau anarkismenya, sementara di Indonesia tim kesayangan kalah, bisa perang, apalagi terhadap musuh bebuyutan atau diduga tidak adil dalam pertandingan, selesai urusan. Baku hantam.
Terus, tim kesayangan harus selalu menang? Gila lu, Ndro!
Salam,
Mustafa Afif, @kulibesitua