Para pembaca mungkin berpikir ini gila dan gak waras. Ngapain segitu detilnya menghitung uang yang tidak ada, dan mungkin tidak akan mungkin ada seperti itu?Â
Alamak, tingkat kewarasan penulisnya mungkin menurun. Tapi sekali lagi juga, bahwa tulisan ini, tentu saja bukan dimaksudkan hanya untuk dijadikan pengandaian tapi sekaligus untuk menjelaskan, bahwa kekayaan dalam Islam itu menjadi bernilai setidaknya melalui zakat yang harus dibayarkan.
Bisakah itu dibayangkan ketika benar terjadi, betapa bermanfaatnya bagi kaum fakir-miskin. Betapa akan berdampak terhadap peningkatan perekonomian kaum papa.Â
Betapa akan menjadikan perekonomian Islam semakin menggeliat dan meningkat. Betapa kekayaan seseorang sangat terasa dampaknya bagi yang lain, dan betapa orang Islam akan jauh dari kemelaratan, pelan tapi pasti. Perlahan.
Andai saja Bill Gates adalah orang Islam Madura, tentulah bisa dibayangkan bagaimana uang zakat akan bertaburan dimana-mana. Belum lagi, perlakuan bagi para penerima zakat Bill Gates pasti akan luar biasa. Pasti didoakan hampir setiap shalat oleh ratusan ribu manusia.Â
Andai pun Bill Gates memiliki keinginan politik (yang sebenarnya tidak penting baginya) orang-orang yang menerima zakatnya adalah modal politik penting yang tidak akan lari kemana-mana. Dijamin 1000% karena bagi orang Madura, umumnya Indonesia, utang budi adalah segala-galanya. Tak bisa ditukar dengan rayuan apapun!.
Mengharap Bill Gates menjadi Islam, mungkin saja terjadi. Berharap Bill Gates menjadi orang Madura, hampir mustahil terjadi. Tulisan ini adalah mimpi yang sebenarnya mimpi.Â
Tapi setidaknya kita bisa berharap dari "Bill Gates-Bill Gates mini" yang sebenarnya dimiliki oleh orang Madura tapi tak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya, sebagiannya mungkin tak begitu patuh terhadap agama sehingga dalam berzakat-pun masih melakukan kongkalikong dalam perhitungannya.
Kita kerap kali disajikan data tentang potensi zakat dalam menggerakkan perekonomian dan menggeliatkan kehidupan umat Islam. Jumlahnya triliunan, namun kita juga disajikan fakta, bahwa hitung-hitungan itu tak pernah benar-benar nyata.
Lalu, bagaimana solusinya meski Bill Gates tetap non-muslim dan tinggal di Amerika? Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Catatan: coba pembaca hitung-hitung bagaimana "zakat Bill Gates" bekerja di daerah atau di provinsi para pembaca masing-masing. Kita akan jatuh pada "kegilaan" yang sama, tapi percayalah, itu sangat menarik. Pada akhirnya kita menyelipkan sebait do'a, "Andai saja Bill Gates orang Islam. Andai saja ada orang Islam sekaya Bill Gates".