Gila lu, Ndro. Mau bangkrut? Atau perlu solusi dari Erick Tohir, Sandi, Chairul Tanjung, Tomy Winata, James Riyadi, dan mungkin Duo Hartono supaya bisa urun rembug dan mengakuisisi Barcelona? Boleh juga.
Terlepas dari itu, Barca sepertinya perlu belajar lagi soal efektivitas permainan sehingga tak perlu lagi menggunakan gaya muter-muter, memanfaatkan potensi La Masia secara sabar, serta tak terlalu banyak berutang hanya untuk membeli pemain mahal.
Barca mulai lupa pada proses, sebelum akhirnya mereka mendapatkan banyak piala dan juara ketika masih dipegang oleh Pep Guardiola. Tak siap melakukan regenerasi, lebih baik membeli pemain yang pasti-pasti. Bagaimana kalau Messi pergi atau berhenti?
Tapi masalahnya, para penggemarnya akan teriak-teriak menuntut juara, terutama Liga Champions, meski dari dalam gua.
Penampilan Barca sekarang, meski tak cukup baik, juga "tertolong" dengan penampilan tim lain, termasuk Madrid, yang juga tak terlalu baik. Real Madrid, pasca memenangi Liga Champions tiga kali berturut-turut dan akan sulit memecahkan rekor gila seperti itu, memang menurun drastis. Fans Madrid memang seringkali greget, meski tak se-greget fans MU, tapi mereka mengerti dan menyukai Madrid yang ada saat ini.
Madrid lebih tampil "seadanya", tanpa pasokan pemain-pemain mega bintang. Hanya ada Hazard sebagai pembelian termahalnya. Tentu berisiko kalah, tapi fans Madrid senang dengan pemain-pemain hebat meski tanpa nama besar.
Memang bukan jebolan sekolah sepak bola Madrid, tapi dengan pembelian murah, mereka bergerak menuju bintang. Sebut saja seperti Asensio, Vasquez, Casemiro, Valverde, Rodrygo, Vinicius, Odriozola, dan nama-nama lainnya yang relatif "bernyawa" panjang.
Real Madrid tak lagi doyan membeli pemain dengan nama besar dan nilai transfer yang gila-gilaan. Apakah Barcelona akan merampas gelar Los Galacticos dari Real Madrid? Untuk kepentingan juara dan nama besar di Eropa, mungkin saja.
Satu catatan lagi sebelum tulisan ini diakhiri, bahwa Barcelona terlalu bergantung kepada sosok Messi. Kebergantungan itu, pada titik tertentu, membuat Barca takut pada Messi sehingga ia menjadi pemain yang selalu diistimewakan dan dimanjakan.
Barcelona paling tidak bisa ketika melihat Messi ngambek apalagi merajuk. Memang besar jasa Messi untuk Barcelona, tapi arogansinya dalam klub melebihi seorang pelatih yang bisa menentukan siapa pemain yang disukai dan tidak disukai atau siapa saja pemain yang berhak dan tidak berhak dibeli.
Messi kerap kali tersinggung jika Barca membeli pemain yang tak disukainya. Ia juga marah kepada Guardiola ketika menelpon Neymar dan membicarakan transfer. Padahal ia masih menjadi pemain aktif: sebuah karakter buruk yang harus dibuang ketika nanti ia memilih untuk menjadi pelatih, misalnya.