Bedanya, ia memaksakan diri untuk sok tahu soal agama, adab dan moralitas dalam politik, demokrasi, isu-isu kemanusiaan, hak asasi manusia, lalu memolesnya dengan diksi yang, kadang, cukup bejat. Sekelas buzzer. Banyak sekali track record yang bisa dijadikan rujukan di media-media mainstream.
Maka, ketika sudah demikian. Sejatinya dengan sendirinya ia telah memantaskan diri untuk dicaci dan dihina. Termasuk juga manusia-manusia yang selevel dengannya, yang lebih menggunakan like or dislike dalam menilai sesuatu. Rasional dan logis? Halah, mereka sama saja dengan kita yang tempurung otaknya kembang kempis sesuai kebutuhan.
Apakah Ade Armando saja? Tidak, banyak sekali yang lainnya!
Salam
Mustafa Afif
Kuli Besi Tua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H