Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Optimisme Rakyat Ditentukan Susunan Kabinetnya, Bukan Seremonial Pelantikannya

19 Oktober 2019   19:56 Diperbarui: 20 Oktober 2019   10:12 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau hanya sekadar memenuhi "kursi Menteri milenial" sementara sosok yang diangkat tidak tepat apalagi hanya mempertimbangkan saran partai-partai koalisi, lebih baik tidak usah. Toh, Menteri milenial itu tak genting dan tak penting-penting amet.

Jokowi juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan, bahwa para pembantunya di Kabinet adalah benar-benar orang yang tepat dengan kemampuan dan kerja yang hebat. 

Tak banyak berkomentar, tapi banyak membuktikan. Selain itu, suasana kekompakan juga harus dibangun sehingga tak ada lagi kesan silang-sengkarut antar lembaga negara dan Kementerian sebagaimana kerap menjadi sajian pada periode-periode sebelumnya.

Tak perlu juga ada Menteri yang cenderung arogan, seolah serba tahu segala hal, yang sekali memberikan statement justru menciptakan kegaduhan. Apalagi sampai ada istilah "Menteri Segala Urusan".

Mestinya, Jokowi banyak belajar dari kegagalan-kegalannya di periode pertama, mengakui dengan legawa bahwa ada hal yang belum dikerjakan dan dipenuhi. Itu menjadi modal penting untuk memulai kepemimpinan periode keduanya. Terkecuali, sebagaimana yang lalu-lalu, ada banyak bisikan-bisikan yang tak bisa diacuhkan.

Artinya, optimisme itu tidak sama sekali tampak pada acara-acara seremonial. Kepercayaan rakyat kepada Jokowi akan terlihat dari bagaimana Jokowi memilih dan mengangkat Menteri serta bagaimana ia memperlakukan mereka dalam konteks manajemen kepemimpinan, bukan pada bagaimana acara pelantikan besok berlangsung sedemikian rupa.

Sah-sah saja sebenarnya mau "berpesta" sedemikian rupa, meluapkan gembira. Tapi jangan lupa, bagi Jokowi menjadi presiden itu adalah kerja dan derita. Luapan emosi gembira itu akan menjadi naif ketika, misalnya, justru mengecewakan susunan kabinetnya. Optimisme itu, lalu terbunuh sebelum tumbuh.

Tapi, menarik kita tunggu.  Hari Minggu, jangan lupa berlibur dan bahagia.

Salam
Mustafa Afif
Kuli Besi Tua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun