Saat pelantikan anggota dewan terpilih periode 2019 - 2014 kemarin, saya dan mungkin segenap rakyatnya Indonesia lainnya berharap, berdoa, memohon, atau mungkin berandai-andai satu hal: "semoga setiap sidang selalu penuh seperti pelantikan", atau "andai setiap sidang selalu sesak seperti saat pelantikan". Minimalnya, gak kosong-kosong amet seperti yang lalu-lalu.
Enak rasanya melihat mereka duduk rapi dengan pakaian "hampir serupa" memenuhi kursi-kursi yang disediakan. Adem dan nyaman melihat para dewan yang terhormat itu merepresentasikan rasa hormat mereka itu pada rakyat yang memilihnya.Â
Foto-foto yang beredar tak lagi hambar karena sulit menemukan ruang kosong. Mau diambil dari atas-bawah, dari samping kiri-kanan, atau bahkan dari ujung Monas sekalipun, pasti hasilnya memuaskan karena suasana yang penuh sesak dengan wajah-wajah penuh senyum.
Tentu ada peristiwa "aneh" disana, terutama viralnya salah seorang anggota dewan yang tidur saat pelantikan, rebutan selfie dengan Presiden. Tapi itu hanya sebagian kecil peristiwa yang tak merusak "keindahan" suasana pelantikan, yang sesaat memberikan harapan. "Euforia" sementara sebagaimana bisa dirasakan setiap periode-nya.
Namun sayang seribu sayang. Segala doa, harapan, dan pengandaian itu telah dirusak oleh fakta menyedihkan, bahwa saat hari pertama bekerja dengan agenda pelantikan Pimpinan DPR serta Sidang Paripurna MPR, ada banyak anggota dewan yang baru kemarin dilantik itu bolos bekerja: di hari pertama yang harusnya penuh suka cita, semangat yang tinggi, seta optimisme yang purna.
Dari 575 anggota DPR RI yang dilantik, hanya sekitar 285 orang yang hadir dan mengisi absensi sementara 290 orang lainnya bolos. Sementara itu, catatan kehadiran tiap fraksi adalah, PDIP hadir 94 dari 128 anggota, Golkar hadir 31 dari 85 anggota, Gerindra hadir 46 dari 78 anggota, NasDem hadir 27 dari 59 anggota.Â
Selanjutnya, PKB hadir 15 dari 58 anggota, Demokrat hadir 4 dari 54 anggota, PKS hadir 25 dari 50 anggota, PAN hadir 7 dari 44 anggota, dan PPP hadir 16 dari 19 anggota. (detik.com)
Kenyataan ini tentu saja menyedihkan. Meski memenuhi kuorum secara fraksi, tapi sejatinya, 285 anggota yang hadir itu tidak memenuhi kuorum kehadiran anggota DPR.Â
Puan Maharani yang sebelumnya memberikan statement untuk mendisiplinkan anggota DPR, mendapatkan ujian pertamanya ketika dihadapkan pada kemalasan-kemalasan yang terus terulang.
Bagi Puan Maharani, yang telah memiliki pengalaman menjadi anggota DPR, pemandangan itu bukanlah hal yang aneh karena sudah menjadi semacam kebiasaan yang membudaya. Tapi memberikan kesan menyedihkan dan mengecewakan di hari pertama bekerja, tentu bukanlah isyarat yang baik untuk membangun optimisme perubahan.Â
Kita tunggu, apakah statement Puan Maharani untuk mencari formulasi yang tepat terkait mendorong kehadiran anggota DPR akan manjur, termasuk melalui komitmen dengan Ketua Fraksi masing-masing partai.