Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batik, Plagiasi Ide Grab, dan Pentingnya Melestarikan dan Menjaga Kebudayaan Bangsa

3 Oktober 2019   14:19 Diperbarui: 3 Oktober 2019   16:09 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Twitter : @inspired_aou
Twitter : @inspired_aou
Dugaan ini semakin menguat ketika beberapa waktu yang lalu, akun twitter @imanlagi dalam cuitannya mengatakan, bahwa Grab meminta PH-nya, Rekreasi, untuk membuat video. Setelah dibuat konsepnya, pihak Grab menerima. 

Lalu dikirimlah ide itu ke kantor pusat. Lama tidak ada kabar, tapi akhirnya beredar video yang sama persis --hingga ke detail-detailnya-- dengan konsep yang ditawarkannya. Bedanya, dikerjakan oleh agency dan PH lain!. Bayangkan, betapa!

Twitter : @imanlagi
Twitter : @imanlagi
Entah bagaimana proses dan duduk persoalannya sampai sekarang, tapi cuitan itu mendapatkan tanggapan dari banyak orang, sebagaimana pada gambar. Sementara dengan gaya kalimat yang "asyik dan cool", Grab menanggapi cuitan @imanlagi dengan santai. 

Hal ini seakan mengonfirmasi pendapat Nadiem Makarim terkait kompetitor bisnisnya itu. Apakah pola ini mengikuti kebiasaan aku-mengakui, niru-meniru, dan klaim sebagaimana yang kerap dilakukan Malaysia, saya pun tak tahu. Pembaca berhak menanggapi dengan benas pernyataan-pernyataan tersebut.

Ini soal ide, gagasan, dan konsep yang coba saya uraikan seobjektif mungkin berdasarkan pengetahuan pendek saya. Bukan soal mengunggulkan dan menjatuhkan satu diantara keduanya, terlebih saya kerap menggunakan dan terbantu karena keduanya. 

Mungkin saja tak berkaitan dengan batik, tapi dalam konteks tiru-meniru dan aku-mengakui, ada sedikit kesamaan dengan cerita klasik antara Indonesia dengan Malaysia.

Namun, tulisan ini tidak untuk membahas soal luka lama dan segala sejarah kekisruhan yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia. Toh, meskipun begitu, sampai sejauh ini, kedua negara tetap akur dan dalam beberapa peristiwa mampu menyelesaikan segala permasalahan tidak melalui jalur kekerasan. 

Selain karena tetanggaan, kedua negara juga memiliki ikatan psikologis yang cukup dekat. Indonesia-pun, dalam hal aku-mengakui itu, sepertinya sudah tahu cara terbaik untuk "melumpuhkan" Malaysia. Mungkin karena terlalu seringnya.

Maksud tulisan ini adalah untuk mengingatkan kita semua betapa pentingnya menjaga dan melestarikan kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini, termasuk kebudayaannya. 

Kita kerap kali lupa memiliki sesuatu dan baru ingat ketika ada pihak lain yang mempergunakan atau mengakuinya. Ramai-ramai melakukan protes, padahal yang mereka protes adalah kebudayaan milik sendiri yang sudah hampir dilupakan.

Setelah melalui polemik panjang dan kita dinyatakan sebagai "pemenang" atau yang "berhak" memiliki, kita kadang  melupakan yang telah diperjuangkan itu. Seperti Lagu Rasa Sayange, misalnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun