Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Senioritas Mengerikan dalam Dunia Pendidikan

31 Agustus 2019   19:16 Diperbarui: 1 September 2019   07:00 2478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia pendidikan adalah dunia ilmu pengetahuan. Sebuah dunia yang tak bisa dicampuri sama sekali dengan kemerasan, apapun alasannya. Dunia yang diharapkan bisa merubah kehidupan berbangsa kita untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran.

Mestinya cukuplah dunia pendidikan di isi dengan edukasi, pembelajaran, dan sarana menuju pembangunan manusia Indonesia yang maju dan beradab.

Mestinya, sebagai yang lebih tua dan lebih dulu merasakan, sosok senior haruslah lebih hebat, cerdas, pintar, dan berpengalaman. Berharap dengan itu ada hal positif yang bisa dibagikan dan ditularkan melalui diskusi, debat, atau melalui himpunan dan pergerakan aktivisme.

Begitulah seharusnya para senior itu memperlakukan junior dan menghargai status keseniorannya. Merawat dan mendampingi adik-adiknya. Malu jika tak demikian. Lebih malu lagi jika belagu saat otak dan pengalaman tak bisa diandalkan. Hanya punya dengkul untuk sok-sokan.

Acara Ospek, Masa Orientasi, Pengenalan Kampus, dan sejenisnya pun harus ditata ulang. Ada regulasi dan aturan yang harus mengikat semua yang terlibat. Semua prosesnya, dari pembukaan hingga penutupan, harus terpantau. Semua program pendidikan dalam sebuah lembaga, tak bisa disimplifikasi hanya dengan proses pengenalan yang sekilas. 

Tak penting juga untuk mengetahui mental dan karakter seseorang melalui acara-acara dadakan dengan durasi super kilat. Biarkan saja urusan mental itu mengalami proses sebagaimana seharusnya dalam rentang waktu 3 atau 4 tahun, sepanjang anak-anak didik berada dalam masa pendidikannya. 

Bukankah yang selalu digembar-gemborkan adalah pendidikan karakter? Kalau pengenalan, ya, sudah pengenalan saja. Orientasi, ya, sudah cukup orientasi. Dikemas saja acara dan proses yang lebih akademis. Berkesan dan manis.

Maka, semua stakeholder harus terlibat untuk mengurangi senioritas yang berujung pada hal mengerikan dan jatuhnya korban. Pemerintah harus mengatur dan penegak hukum bisa memperlakukan segala penyimpangan dan laku kriminal sesuai dengan undang-undang yang sudah diatur. 

Pihak sekolah dan kampus harus menciptakan regulasi agar senioritas tak digunakan secara lebay dan premanisme tidak terjadi terus-terusan. Sulit mengharapkan kemajuan bangsa ini saat dalam dunia pendidikan pola dan kebiasaan yang menjadi akar dari rasisme dan fasisme semacam itu tetap terjadi.

Mari, bersama kita jadikan bangsa ini tidak semakin ngeri.

Salam,
Mustafa Afif
Kuli Besi Tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun