Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Laga Perdana La Liga: Barca Merana, Madrid Perkasa

18 Agustus 2019   14:38 Diperbarui: 18 Agustus 2019   16:55 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompetisi La Liga musim 2019-2020 telah resmi dimulai. Sebagai salah satu kompetisi paling elit di dunia, La Liga selalu menyajikan laga-laga menarik. Tidak hanya soal skill, daya magis para pemain, skema permainan yang enak ditonton, tapi rivalitas tinggi beberapa klub juga ikut memanaskan perebutan liga kasta tertinggi di Spanyol itu.

Termasuk juga di dalamnya persaingan ketat antara dua tim raksasa, pemiliki stempel laga el-clasico paling menarik di dunia, Real Madrid versus Barcelona. Sejarah panjang bebuyutan keduanya, bahkan tak hanya soal sepak bola semata, tapi kerap kali membawa sejarah dan politik. Simbolisasi perlawanan dari yang "tertindas". Maka tidak aneh ketika bagi orang-orang Catalunya, Barcelona bukan hanya sebuah klub sepak bola (mès que un club). Maka, pertandingan keduanya selalu sarat gengsi, soal harga diri.

Tentu saja, La Liga bukan hanya soal Real Madrid versus Barcelona. Terlalu naif jika hanya membicarakan sepak bola Spanyol lalu disimplifikasi oleh keduanya. Ada Atletico Madrid, Sevilla, Valencia, Atletico Bilbao, Celta Vigo, dan lainnya. Tapi realitas sejarahnya memang seperti itu. Keduanya menjadi klub paling perkasa dan dominan di La Liga. Maka, menjadi kurang menarik rasanya ketika pada laga La Liga perdana tidak mengomentari hasil yang diperoleh keduanya.

Kompetisi La Liga 2019-2020 ditandai dengan kick off pertandingan antara Atletico Bilbao menjamu Barcelona. Sebagaimana dugaan banyak orang, Barcelona akan menang. Sesulit apapun perlawanan Los Leones, Blaugrana akan memetik kemenangan. Di atas kertas, itulah kesimpulan banyak analist yang lebih mengunggulkan Barca ketimbang Bilbao. Barca akan menguasai pertandingan dengan gaya khas-nya, tiki-taka. Bola mengalir dari kaki ke kaki pemain yang secara silang-sengkarut memenuhi sisi-sisi lapangan.

Muter sana-muter sini. Membuka ruang, mencari peluang. Mengandalkan trio Dembele-Antoine Griezmann-Suarez (D'Asu). Terbukti, statistik pertandingan berbicara: 73% berbanding 27%! (ada yang mencatatnya 72%-28%). Sebuah penguasaan bola yang cukup gila, membuat para pemain Atletico Bilbao seperti kucing kelaparan yang kesana-kemari mengejar ikan. Terlebih, umpan-umpan pemain Barca dua kali lipat lebih banyak dibandingkan Bilbao.

Namun akhirnya, umpan sebanyak 673 Barca tak mampu berbuat banyak kecuali hanya teriakan "hampir" dari para penonton dan pendukungnya. Kita tahu, sehebat-hebatnya kata "hampir", toh, ia bukanlah goal. Kata "hampir", dalam sepak bola yang meniscayakan bola memasuki gawang, sama artinya dengan jauh. Sangat jauh, hanya menghasilkan tepuk jidat dan gemuruh.

Sementara Atletico Bilbao, dengan mengandalkan formasi 4-2-3-1 menjadi bulan-bulanan secara penguasaan bola. Inaki Williams menjadi target man, ditopang oleh tiga gelandang serang: Marcos, Raul Garcia, dan Iker Muniain. Tapi rupanya, meski kalah secara penguasaan, Bilbao mampu bermain lebih efektif dan efisien. Terlihat dari beberapa peluang dan lebih banyaknya shoot on target yang membahayakan.

Sepak bola, pada akhirnya tak berbicara soal analisa di atas kertas. Tak berbicara statistik. Sepak bola berbicara soal skor. Alih-alih mendapatkan goal, Barca justru tersungkur. Kalah secara dramatis di detik-detik akhir oleh tendangan salto luar biasa dari pemain gaek Aritz Aduriz setelah menerima umpan matang dari Ander Capa.

Menyakitkan. Tentu saja. Terutama bagi para pendukungnya yang sudah bela-belain ke luar goa. Dari berbagai analisa warung kopi, katanya para pemain Barca belum padu. Beberapa peluang tercipta, tak bisa dikonversi menjadi goal. Mungkin saja benar, bahwa Barca sekarang bukan Barca yang besar dan bangga dengan La Masia-nya. Harus ada proses adaptasi dari setiap pemain yang dibelinya secara gila-gilaan. Harga selangit. Beberapa di antaranya mengecewakan. Coutinho, yang memutuskan untuk pindah ke Bayern Munchen, adalah salah satu bukti paling nyata.

Maka tidak aneh ketika para penyerangnya kerap frustrasi menghadapi kokohnya pertahanan lawan, apalagi mistar gawang Bilbao seperti dijaga oleh para dedemit yang melindungi dari kebobolan. Heuheu. Griezmann terlihat kepayahan ketika menjadi tumpuan apalagi saat Suarez ditarik keluar. Absennya Messi tentu saja berpengaruh karena tak ada lagi kreasi umpan dan gerakannya yang kerap mencengangkan dan memanjakan.

Namun, apapun alasannya, Barca tetap kalah. Dramatis, dan sementara harus menghuni zona degradasi. Merana.

Detik Sport - Managing Madrid
Detik Sport - Managing Madrid
Lalu bagaimana dengan Real Madrid? Ahay, si Putih mendapatkan hasil yang memuaskan ketika melumat Celta Vigo di kandangnya sendiri.

Hasil buruk pramusim terlupakan ketika hasil pertandingan resmi dianggap cukup memuaskan. Menurut Detik.com, Madrid yang sesungguhnya hadir saat liga dimulai. Setidaknya sementara, ini hanya-lah awal. Meski Hazard absen karena cedera, tapi Madrid tampil luar biasa. Gareth Bale, yang sebelumnya kisruh, dicuekin, akan dijual, dan dianggap bermasalah dengan Zidane justru tampil sangat baik dan menawan. Zidane bahkan memberinya pujian.

Bale meliuk-liuk membawa bola lalu memberikan assist dari sisi kanan pertahanan Celta Vigo dan dikonversi menjadi goal oleh Benzema pada menit ke-12. Real Madrid tampil perkasa, bahkan saat Luca Modric (pada menit ke-56) dianggap secara sengaja menginjak kaki Denis Suarez dan harus keluar karena kartu merah langsung. Kartu merah pertama di La Liga. Mungkin Modric berpikir Denis Suarez masih pemain Barca. Heuheu.

Meski bermain dengan 10 pemain, Madrid tampil kompak dan padu. Boom. Tendangan keras Toni Kroos pada menit ke-61 menambah keunggulan. Madrid semakin menjauh ketika Lucas Vasquez menambah keunggulan menjadi 3-0 pada menit ke-80. Sementara Celta Vigo berhasil memperkecil ketertinggalan ketika Iker Losada melesakkan bola pada injury time. Iago Aspas sempat kembali mengancam, tapi Curtois tampil cekatan mengawal mistar gawang. Skor 1-3 bertahan hingga laga usai.

Madrid perkasa, Madridista tertawa ria setelah musim lalu dilalui dengan catatan-catatan buruk dan tidak meyakinkan. Madrid, dan Madridista, menjadi bulan-bulanan dan bahan bully-an dari para Deculs yang terkenal lihai mengeluarkan nyinyiran. Setelah memecahkan rekor paling bersejarah karena tiga kali juara Liga Champion berturut-turut, Madrid seperti melempem. Tak ada gairah dan kekompakan.

Bagi Barcelona dan para Azulgrana pasti menyakitkan, tentu saja. Kalah di laga perdana La Liga dengan cara dramatis tentu bukan pilihan. Mengingatkan pada 11 tahun lalu, ketika Pep Guardiola menakhodai Inesta dkk. dan ditekuk oleh Numancia dengan skor 1-0. Tapi masalahnya  ketika itu Barcelona menutup musim dengan memuaskan ketika mendapatkan treble winner. Berminggu-minggu para Deculs melakukan pesra, jalan-jalan ke luar meninggalkan goa. Akankah sejarah itu terulang?

Betul memang, tak terlalu penting bagaimana Anda memulai, yang lebih penting adalah bagaimana mengakhirinya dengan benar dan memuaskan. Quote terbaik bagi para fans Los Cules dalam mengarungi La Liga musim ini.

Namun sebagai pendukung Real Madrid, saya merasa senang. Bukan karena tim lawan kalah, tapi setidaknya Real Madrid telah memulai langkah awal yang menjanjikan. Tinggal merawat konsistensi dan kekompakan permainan. Kedatangan Hazard, Rodrigo, Jovic, Militao, dan Mendy semoga membawa angin segar.

Lebih dari itu, saya lebih suka Madrid yang tak gila-gilaan dalam berbelanja sebagaimana tahun-tahun sebelumnya dengan Los Galacticosnya. Fans Madrid mungkin senang ketika melihat pemain-pemain muda yang diberikan peluang, meski satu sisi risiko untuk kalah semakin besar sebagaimana musim sebelumnya.

Ada nama-nama seperti Vinicius, Odriozola, Valverde, Vallejo, Reguillon, Brahim, dan Mariano Diaz yang bisa menjadi harapan dan matang di Santiago Bernabeu. Secara pribadi, rasa kasihan saya untuk James Rodriguez, salah satu pemain terbaik yang semoga mendapatkan kejelasan dan tak disia-siakan.

Semoga Real Madrid bisa tampil konsisten dan perkasa. Berharap bisa menguasai dan memuncaki La Liga, sebagaimana prioritas Zidane untuk sedapat mungkin menjadi juara.

Terakhir, dari saking bebuyutannya, ada satire yang cukup menggelikan, bahwa para pendukung Timnas Indonesia "rela" kalah dari Timnas manapun, asalkan jangan dengan Malaysia! Bukan saja soal menyakitkan, tapi sekaligus soal gengsi dan harga diri. Begitu pula dengan Real Madrid - Barcelona, dan para pendukung keduanya yang menjadikan pertaruhan laga el-clasico sebagai "puncak" dari segalanya, sebab menang adalah satu-sarunya pilihan!

Mari kita nikmati musim baru ini dengan sebegitunya. Sediakan paket untuk membayar tivi berbayar, atau sediakan kuota internet untuk menyaksikan live streaming. 

Salam olahraga, salam sepakbola.

Mustafa Afif
Kuli Besi

Sudah dimuat sebelumnya di : https://wp.me/pb2yOk-1C

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun