Apalagi, kondisi psikologis pasca Pilpres masih belum sepenuhnya pulih. Alih-alih akan pulih, situasi seperti itu mungkin saja akan tetap dipertahankan hingga batas yang tak ditentukan. Sebab setiap peristiwa yang terjadi, entah bagaimana alurnya, akan selalu dikaitkan dengan perbedaan-perbedaan pilihan yang sebelumnya sudah lama berkelindan.
Sejak kapan ini terjadi? Sejak beberapa tahun belakangan, saat bangsa ini, tetiba menjadi gagap kembali dalam merespon perbedaan yang sudah terbukti menjadi kekuatan namun berubah menjadi begitu menakutkan. Maka, menjadi tugas kita bersama sebagai anak bangsa untuk bisa meredam, bukan terus menerus "mempertahankan dendam", pada akhirnya.
Rekonsiliasi itu berat, Malih! (Baca juga artikel saya sebelumnya tentang rekonsiliasi: di Berharap Jakarta Lebih Buruh (Hanya) untuk Membully Anies: Absurd!)
Mustafa Afif
Bukan Ahli Hanya Kuli Besi