Mohon tunggu...
Sosbud

Miyabi Sekali Lagi

3 Oktober 2009   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:38 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini catatan kedua saya tentang Miyabi. Makanya judulnya SeX (Lagi) Miyabi. Judul ini mengikuti penulisan sms, pengetikan yang sangat-sangat irit sampai-sampai kadang penerima sms itu, seperti saya misalnya, tidak bisa mengerti saat menerimanya pertama kali. Untuk menyingkat kata atau suku kata “kali”, ditulis X saja, simbol matematika. Mestinya, judul yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan adalah Sekali Lagi Miyabi. Saya menulisnya untuk mengomentari komentar tentang kedatangan Miyabi ke Indonesia untuk bermain film.

Jika mau disimpulkan, ada dua mazhab yang muncul ketika Miyabi, si bintang porno itu, akan datang ke Indonesia untuk main film disini. Mazhab pertama adalah kelompok pro. Tentu ini bukan akronim dari kata profesional, tetapi artinya yang mendukung. Dan seperti biasa, ada mazhab kedua, kelompok kontra.

Saya tidak akan menyentuh lagi komentar-komentar dari mazhab kedua, karena saya jelas berada di kelompok ini seperti yang sudah saya jelaskan di catatan saya yang pertama (judulnya: Perkenalkan, Namaku Miyabi, Dari Indonesia). Tetapi saya ingin mengutip komentar Menkominfo saja, sekedar untuk menunjukkan bahwa ada Bos Besar yang sependapat dengan saya. (Ini bisa menjadi bukti sederhana bahwa cara befikir saya mungkin sudah selevel mentri hm..hm..hm.. Sayang, Pak SBY belum mengetahui nomor hape saya). Beliau bilang kira-kira begini, “bisa saja Miyabi datang ke Indonesia, tapi jangan untuk main film. Dia kan sudah menjadi ikon untuk produk film yang merusak. Kalau jadi turis, ya tidak masalahlah. Jika memang mau memilih dia sebagai bintang film, kenapa ndak memilih artis Indonesia yang lain, kan masih banyak”.

Kelompok pro hampir semuanya artis. Setidaknya itu yang pernah saya lihat dari cuplikan siaran TV yang pernah diposting teman di youtube, atau baca di koran; saya sendiri belum pernah melihatnya secara langsung di TV. Tentu tidak semua artis setuju saya yakin, saya bisa kasih contohlah misalnya Bang Haji Rhoma Irama. Saya yakin betul sama beliau ini, kecuali dia berubah sedetik yang lalu (Ahhh.... Sannntcaaiii.....). Dan sampai saat ini juga saya belum melihat ada kelompok peduli akhlak masyarakat yang setuju. Saya sebernarnya berharap sekali Dian Sastro mengatakan tidak setuju, di depan mata saya kalau perlu (bisa lewat televisi lah). Karena jika dia masuk ke mazhab pertama, hancurlah hati saya berkeping-keping.

Dari kelompok pro ini, ada seorang artis, gadis belia, di televisi mengatakan kesenangannya akan kehadiran Miyabi untuk main film di Indonesia. Katanya, Miyabi bisa menjadi wakil untuk memperkenalkan Indonesia lebih luas ke dunia luar. Alasannya adalah, Miyabi kan punya banyak penggemar. Apalagi , “dia itu kan juga bintang Hollywood”.

Alamak!! Sejak kapan Miyabi jadi bintang Hollywood? Apa artis yang “masih ingusan” ini sudah tahu duduk perkaranya? Apakah dia sudah mengenai Miyabi? Ah, atau jangan-jangan dia hanya ingin menutupi “keakrabannya” dengan Miyabi selama ini. Jika itu yang terjadi, masya Allah. Dia masih anak-anak. Mudah-mudahan saja saya salah.

Lalu ada artis yang naik daun saat ini punya pendapat dan harapan yang sama. Dia paling banyak menjadi presenter acara musik ataupun reality show. Setelah mengatakan persetujuannya tentang kedatangan Miyabi, dia secara terang-terangan mengatakan bahwa dia mau sekali bermain film dengan Miyabi. Saya tidak tahu apa yang dia maksud. Mudah-mudahan saja dia tidak bermaksud bahwa dia mau main film blue dengan bintang film porno itu. Bahkan, bermain film tidak biru pun dengan Miyabi saya masih tidak mengerti. Mereka mungkin sudah paham sekali tentang kebebasan memilih.

Adapun si Kambing Jantan yang “diamanahi” menulis skenario, dia punya pembelaan lain. Katanya, Miyabi itu manusia biasa juga, kita lihat sisi humanisnya saja. “Apa nggak capek melihat dia telanjang?”, tambahnya.

Mas, siapa yang bilang Miyabi itu manusia luar biasa? Atau bidadari? Kalau jin mah mending disuruh nyantri di pesantren jin saja. Capek? Siapa yang capek? Kita bisa mengerti profesi Anda, tapi tolong jangan pikir efek saat ini saja atau keuntungan material dari “suksesnya” film ini. Selalu ada bagusnya juga dengar nasehat orang tua. Justru karena Miyabi manusia biasa, lalu yang akan menontonnya adalah manusia biasa yang mungkin luar biasa imajinasinya, maka kami ini tidak memberikan saran.

Ada pula vokalis band yang juga baru mengeluarkan album rohani mengatakan, tidak apa-apalah, “dia tidak main film pornokan?” Aduh Mas, kalau sudah main porno sih, terus sama Raditya si Kambing Jantan, apalah kata dunia!

Jadi kita mestinya tidak hanya melihat satu hal dari satu sisi saja, tidak melihatnya hanya saat ini, tetapi juga efek yang mungkin ditimbulkannya di masa depan. Berpikir menyeluruh itu penting. Jika hanya berfokus kepada satu hal saja, kita tidak terlalu jauh berbeda dengan kuda yang lagi narik bendi.

Kepada teman-teman semazhab, bekerjalah dengan keras untuk bisa melindungi anak-anak kita dari efek domino sex Miyabi ini. Sekedar mengingatkan, kata sex disini dibaca sesuai dengan tulisannya. Katakan Tidak untuk Miyabi.

Kepada siapa saja yang berprofesi sebagai artis, dengar-dengarlah apa kata orang lain, terutama orang tua. Profesi Anda adalah profesi yang paling riskan dan paling banyak godaannya. Kalian punya tantangan yang lebih besar daripada profesi lain. Maka mari kita bekerja dengan baik. Justru karena kita sama-sama manusia biasa maka kita harus saling mengingatkan.

Balikpapan 03 Oktober 2009; 11.40

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun