Mohon tunggu...
Mustam Arif
Mustam Arif Mohon Tunggu... lainnya -

Mustam Arif, rakyat biasa dan penikmat media, tinggal di Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Warga Tanakeke Mencoba Berdaya di Tangan Ponggawa

29 Mei 2015   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para petani rumput laut juga didorong membentuk kelompok. Setiap kelompok beranggotakan minimal 10 orang. Kelompok ini menjadi wadah yang nantinya memasarkan hasil panen bersama.

Bantuan in kind yang diterima kelompok akan dikembalikan dengan cara menggulirkan lagi ke kelompok lain. Besarnya persentase pengembalian berdasarkan kesepakatan kelompok, dengan mempertimbangkan hasil panen. Selisih dari keuntungan kelompok ditabung untuk membiayai keperluan kelompok.

Lewat  pola ini, petani rumput laut Desa Tompotana menyatakan telah menikmati hasilnya. Selain telah menggulirkan bantuan ke penerima in kind yang baru, di antaranya sudah melunasi utang pada ponggawa. ''Dulu kami punya banyak utang, alhamdulillah setelah ada bantuan dan bersama kelompok, utang saya sudah lunas,'' ungkap seorang anggota kelompok perempuan pengelola rumput laut Desa Tompotana yang meminta tidak diungkap identitasnya.

Selain terhindar dari ketergantungan pada ponggawa, lewat kelompok, perempuan di Tanakeke juga didorong mengembangkan usaha alternatif. Mereka telah menghasilkan aneka keripik dari ikan, cumi-cumi dan kepiting. Hasil olahan ini telah dipasarkan untuk menambah pendapatan.

Dengan pengembangan ruput laut dan usaha alternatif lainnya, program RCL juga berkontribusi mengurangi ketergantungan masyarakat Tanakeke pada sumber daya mangrove. Harapannya tentu sumber penghidupan pesisir berbasis ekosistem mangrove ini bisa terus lestari. Bila awal 2010, sarana pembakaran arang mangrove masih banyak dijumpai, kini mulai berkurang. Tinggal beberapa yang masih bertahan, tetapi itu sudah dilakukan sesuai kesepakatan tebang ganti. ''Masyarakat sudah mulai sadar,'' kata Wahyuddin, salah seorang fasilitator RCL dari YKL. (baca: Ketika Pembuat Arang Tanakeke Malu Dipotret).

Kini masyarakat Tanakeke menikmati rezeki rumput laut sambil merehabilitasi 800 hektar hutan mangrove yang terdegradasi. Harapannya, ikan baronang, balana, serta kepiting laut segar dan lezat tetap dinikmati. Lauk istimewa yang juga disuguhkan kepada rombongan kami dibawa rumah panggung dengan tiupan angin laut yang membuai.

Menghindar dari jeratan tengkulak, bukan soal mudah bagi masyarakat Tanakeke. Sebab, hubungan ponggawa-sawi telah menjelma tradisi, dengan pola relasi saling menguntungkan dalam ketidakadilan. Ketika belum ada koperasi atau badan usaha milik desa. Ketika warga masih sulitnya mengakses bank, satu-satunya solusi kebutuhan mendesak adalah ponggawa.

Pertanyaanya kemudian, setelah RCL, petani rumput laut Tanakeke terus merenda daya dan kemaandirian? Ataukah kembali pada ''kemesraan'' ponggawa-sawi? (mustam arif)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun