Mohon tunggu...
Kimmy ahmad
Kimmy ahmad Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis jalanan, hanya ingin berbagi tulisan yang disenangi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cahaya di Telapak Kaki

3 Februari 2022   12:18 Diperbarui: 6 Mei 2022   17:26 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : hipwee.com

Cahaya di telapak kaki..

*****************

Wahai tuhan pencipta alam semesta..
Ku menangis dalam malam sunyi karena hatiku telah nista...
Setiap kalamMu berkumandang saat lantunkan ayat - ayat mulia...
Ku lihat sosok malaikat berujud manusia suci menyuapiku dalam uluran cinta..

Silau mata pada hidup yang banyak godaan..
Nyatanya engkau masih menuntunku dalam tauladan..
Bertubi tubi kesalahan yang ku lakukan tak pernah lelah kau maafkan..
Mengiris hati semua dosa, rasanya menyiksaku dengan pukulan tamparan..
Iman tidak cukup mapan menghadapi segala bujuk rayu dunia yang cantik menawan...

Dari harta godaan ini menghanyutkan pada kemewahan.. membangun istana megah seperti king sulaiman..
Namun apa lacur, lupa pada hakikat kebenaran..
Tuhan yang memberikan nikmat, malah aku tinggalkan..

Tahta, kesenangan yang membuat hati terpanah pada kekuasaan..
Singgasana merajai seluruh perintah wajib dikerjakan..
Berkuasa laksana tuhan titah yang agung bisa menghidupkan dan mematikan..
Benar benar manusia menjadi Namrud dan fir'aun zaman sekarang..

Wanita, tipu muslihatnya merontokkan sendi sendi keimanan..
Seluruh yang larut dalam penciptaan, mengundang jiwa meradang dalam hasrat kenikmatan..
Begitu banyak para ksatria yang sudah terjebak dengan rayuan..
Dari punggawa sampai pujangga pikiran dan hatinya terpaut pada perangai yang penuh tipuan..

Begitu ngeri dan kejam hidup yang terjadi melukai perjumpaan pada tuhan..
Keresahan panjang membuat hidup tidak sepi dari kebimbangan..

Namun Ibu...aku lolos dan selamat dari beribu godaan..
Berkat nasihatmu yang dalam dan penuh kelembutan..
Bibirmu mengucapkan doa yang menembus ke sidratul muntaha pucuk suatu ketinggian..
Ridhamu menghancurkan kutukan karena ulah anakmu yang melawan..
Murkamu menambah nasib dunia pada kegelapan..

Ibu...
Tiada secuil kata yang pantas terucap selain do'a waskita..
Perjuanganmu dari dalam kandungan sampai aku menjadi dewasa..
Sudah berapa banyak tetesan keringat yang mengalir tak pernah sia..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun