Mohon tunggu...
Kimmy ahmad
Kimmy ahmad Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis jalanan, hanya ingin berbagi tulisan yang disenangi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan Sandal

22 Januari 2022   12:03 Diperbarui: 22 Januari 2022   12:10 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

*Percakapan Sandal*

SETELAH lama terpisah dua sandal beda kelas yang dulu pernah sama-sama menghuni salah satu mal di kota ini kembali bertemu di tempat sampah. Sebut saja Meli dan Pakalola. Meli sandal jepit kelas jelata, sedang Pakalola sandal kulit yang konon kelahiran Eropa.

Kehadiran dua sandal ditempat sampah, tidak perlu diperdebatkan, mereka sudah usang dan tidak layak pakai. Setelah mereka bertugas melayani majikannya kemana - mana, mereka sudah waktunya pensiun. Banyak kejadian dan memori yang dirasakan oleh mereka ketika melayani sang majikan. Ketika pertemuan mereka di tempat sampah, terjadilah komunikasi yang seru.

" Mel, kamu juga sudah pensiun ya "?. Tanya Pakalola.

"Ya, lola baru dapat 2 hari " jawab meli

" Aku sudah 4 hari tidak melayani tuan jalan - jalan ". Kata Pakalola.

" Lola, kamu sudah kemana saja sama tuan " ? Tanya Meli.

" Oh kalau itu tidak bisa  diungkapkan semua, banyak memorinya mel ". Pakalola mencoba buat penasaran meli, Sebenarnya Pakalola menghargai perasaan Meli karena ia tahu Meli tidak pernah diajak jalan jalan sama sang majikan.

" Aku simpan saja Mel, untuk apa diceritakan ". Terang Pakalola.

"Karena tidak selama mengikuti tuan semua senang. Pernah aku merasa sakit mel, lagi senang - senangnya tuan mengajakku jalan - jalan. Eh tiba - tiba tuan berpaling pada Carvil, cemburu aku mel, untung tuan kembali kepangkuanku ". Pakalola bercerita masa lalunya pada Meli.

"Kamu apa Mel, kenangan bersama tuan ".

Meli menjawab pertanyaan Pakalola dengan datar " Aku tidak punya kenangan yang luar biasa Pakalola.paling aku di ajak tuan kamar mandi, ke tetangga, paling jauh diajak ke pasar. Itupun aku masuk pasar yang becek - becek." Meli tidak bersemangat karena dalam mimpinya ia ingin jalan - jalan ke Mall, ke hotel atau jalan - jalan keluar negeri. Tapi impian Meli kandas karena yang sering ketempat - tempat mewah tersebut adalah Pakalola. Meli tahu Pakalola berbohong jika dia tidak pernah ke jalan - jalan tempat mewah tersebut.

Pakalola berkata " Mel kita harus bersyukur dengan kondisi masing - masing, tahu nggak aku sebenarnya tidak suka menjadi diriku, karena terlalu banyak kesombongan yang kulihat, hanya pamer - pamer harta, mereka yang bertemu tuan orang - orang yang diperdaya harta".

"Aku ingin menjadi seperti dirimu Mel, pasti tuan sering mengajak kamu ketempat - tempat sederhana, ketulusan dan perjuangan selalu kamu dapatkan Mel." Terang lagi Pakalola.

"Kalau gitu kita tukar posisi ".Meli ingin menjadi Pakalola.

"Bagaimana caranya Mel, penampilan kita beda, ketahuilah Meli dunia kita itu tertindas maka kita tidak bisa berbuat banyak, kita diinjak - injak oleh sifat rakus manusia. Sudah terima saja nasib kita". Pakalola menasihati Meli.

Meli mulai tidak tenang, karena keinginannya hidup mewah terhalang oleh nasihat Pakalola.

Tiba - tiba di tengah percakapan dua sandal tersebut, Tubuh Meli ada yang menyodok - nyodok ternyata sebilah kaitan kayu, Meli terkait keatas maka tidak menunggu lama Meli sudah pindah tempat ke karung pencari sampah. Dia berteriak minta tolong tapi Pakalola juga sama nasibnya keduanya masuk kekarung.

Sekarang Pakalola dan Meli bernasib sama tidak ada kemewahan lagi, masa keemasan Pakalola sudah tamat, dan cita - cita Meli hidup nikmat juga sudah kiamat. Keduanya mengalami nasib tragis, habis manis sepah dibuang.
Percakapan sandal berhenti di tengah persimpangan dan sekarang nasibnya di dalam pembuangan.

Kimmy ahmad

22, Jan 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun