Pagi ini, kau terjaga dengan kepala berat dan tulang seakan lungkah. Jarum jam menunjuk angka sepuluh—angka yang terlalu tinggi untuk bisa disebut pagi. Matahari bersinar terik, dari kejauhan jalanan aspal menciptakan fatamorgana, betul - betul panas dan gerah.
Lalu lalang mobil berserabutan membisingkan telinga.
Teriakan - teriakan kenek angkot bersemangat mencari penumpang, semua berjalan sesuai kehidupan kota yang ramai dan bising.Taman kota yang menyempil sendiri di tengah kota, itulah satu - satunya hiburan mata dari gedung - gedung pencakar langit dan kantor - kantor yang angkuh berdiri kokoh.
Sejenak aku berhenti untuk melupakan pekerjaan kantor yang menyiksa. Hari senin memang hari yang menyebalkan, selalu pekerjaan menumpuk minta antri digarap. Kakiku keliling sepanjang taman yang luar satu hektare, layaknya taman pada umumnya tempat permainan anak dan bangku berjejer rapij menggoda untuk ditempati. Tapi pemandangan menarikku terhenyak ketika seorang perempuan muda atau tepatnya seorang gadis duduk merenung, wajahnya bermuram durja. Wajah yang tidak mau bersahabat dengan keadaan, sehingga kecantikan yang dimiliki buyar dan kulit putih yang menempel pada rautnya memerah penuh amarah. Aku tertarik untuk menyapa dan berkenalan tapi nyaliku menciut, ku tak kuasa untuk menerima caciannya nanti. Di saat pikiranku berkecamuk, tiba - tiba dia melambai tangannya ke arahku. Dia memanggilku. Ah masak sih aku tidak percaya, kulihat kebelakang mungkin ada orang lain, tapi tidak orang taman pada jam segini masih sepi. Berarti gadis muda nan murung itu memanggilku, ku beranikan mendekat.
"Boy, kamu ya " sapanya ketika aku mendekat.Kok dia tahu namaku.
Â
" Ya betul, kamu siapa " Â tanyaku penasaran.
" Aku Karin, teman IPAmu di SMA". Jawabnya.
Aku berusaha mengingat - ingat, benarkah ini Karin cewek usil dan tomboy zaman dulu.
"Kamu Karin, cewek usil yang sering mengganggu aku" jawabku tidak percaya.
" Ya boy benar, kamu beda sekarang lebih gagah dan tampan" ulasnya.
" Kamu juga karin, jauh sekali dari dirimu yang dulu. Sekarang kamu cantik dan putih kulitmu" jawabku.
" Tapi mulai tadi kamu kuperhatikan murung sekali, ada apa ? tanyaku lagi.
"Cowokku tinggalkan aku Boy, Â dia berselingkuh" Jawabnya.
" Jadi kamu ceritanya patah hati ini ", gurauku menghibur dia sambil tertawa.