Mohon tunggu...
Muhammad Mustain
Muhammad Mustain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen Universitas Negeri Jakarta

Sport and Digital Media Enthusiast | Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Dunia Benar-Benar Jahat Untuk Laki-Laki Miskin?

17 Oktober 2024   12:35 Diperbarui: 17 Oktober 2024   12:37 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Laki-Laki Miskin. Foto: Mart Production (Pexels.com) 

Isu laki-laki miskin dalam konteks sosial masyarakat

Akhir-akhir ini ramai dibahas bagaimana keadaan sosial yang mungkin dialami oleh seorang laki-laki dengan keadaan ekonomi yang tidak begitu baik. Stigma seorang laki-laki sebagai pemimpin keluarga nanti dan tulang punggung untuk mencari nafkah memang tidak terbantahkan. Terkadang muncul pandangan bahwa kodrat laki-laki itu harus bekerja. Ini akan sangat riskan jika seorang laki-laki mengalami krisis finansial yang akhirnya mereka dianggap remeh dan hina di mata masyarakat.

Artikel ini kita akan fokus bagaimana melihat tantangan-tantangan yang dihadapi laki-laki dengan keadaan finansial yang kurang memadai hingga stigma sosial yang menghimpit keadaan mereka. Mari kita buka perspektif yang luas untuk memandang keadilan, sosial dan empati. Mari kita bahas pertanyaan penting tentang “apakah dunia benar-benar jahat bagi laki-laki miskin, apakah ada cara untuk memahami dan mendukung mereka dalam perjuangan mereka?”

Memahami Ketidakadilan Sosial dan bagaimana itu bisa terjadi

Ketidakadilan sosial memang menjadi isu kompleks yang sulit untuk dihindarkan. Ini menjadi isu yang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Bagi seseorang dengan keadaan finansial kurang penting untuk mengetahui ketidakadilan dan apa item yang berkontribusi pada keadaan ini.

Ketidakadilan sosial merupakan keadaan dimana adanya perlakuan yang tidak adil terhadap seseorang atau golongan yang didasarkan atas statis ekonomi, karakteristik dan sosial. Terkadang seseorang tidak memiliki jalan yang sama terhadap keinginan yang ingin mereka capai. Misalnya seperti akses terhadap peluang kerja, keadaan percintaan dan sumber daya. Bagi seorang dengan keadaan ekonomi pas-pas an ini mengakibatkan kurangnya akses ke pendidikan yang berkualitas.

Lalu, apa saja yang dapat berperan dalam ketidakadilan ini? 

Pertama, kelas sosial masyarakat tertentu terkadang menjadi penentu utama jalur akan pendidikan dan pekerjaan terpandang. Laki-laki dengan latar belakang kekurangan finansial mungkin tidak mendapatkan dukungan yang penuh mencapai tingkat pendidikan yang memadai. Tentunya, ini menghambat mereka bersaing di dunia kerja.

Kemudian, isu gender menjadi salah satu tantangan tersendiri. Laki-laki menjadi tekanan tersendiri karena stigma yang muncul yang mengharuskan untuk mencari nafkah utama. Ini akan menciptakan tekanan yang cukup besar dan ketika tidak berjalan mulus, laki-laki akan menghadapi kritik yang besar dan pengucilan di masyarakat. 

Selain itu, diskriminasi menjadi isu yang santer terdengar. Diskriminasi tentang ras dan etnis memperburuk kondisi laki-laki miskin. Mungkin saja ini mengakibatkan sulitnya mencari pekerjaan sehingga memperdalam peluang kemiskinan. Kemiskinan juga menjadi akar yang meluas di berbagai negara. Seseorang berasal dari latar belakang ekonomi rendah menghadapi tingkat pengangguran yang lebih besar dan terjebak dalam situasi harapan hidup yang rendah atau pekerjaan yang tidak stabil   

 Tantangan yang Dihadapi Laki-Laki dengan Kondisi Finansial Serba Kekurangan

Beberapa tantangan dihadapi oleh lelaki dengan kondisi finansial yang kurang. Akses ke pendidikan yang berkualitas menjadi salah satunya. Padahal pendidikan merupakan kunci untuk keluar dari jurang kemiskinan. Sekolah di daerah terpencil mungkin seringkali kekurangan fasilitas dan tenaga pengajar yang mumpuni. Ini juga mengakibatkan akses pendidikan yang kurang berdaya saing dan membuat peluang mendapatkan pekerjaan menjadi terbatas. Selain itu adanya stigma yang melekat pada lelaki yang kurang akan finansialnya mengerikan tekanan berlebih dan menyebabkan rasa malu bahkan depresi. Selain itu yang biasanya terjadi di masyarakat ketika seorang yang tidak mempunyai finansial tinggi mendapatkan dukungan yang kurang dari keluarga dan masyarakat. 

Ekspektasi dan stigma yang tinggi dapat menghalangi mereka mencari bantuan. Ini juga rentan membuat kepercayaan diri menurun bahkan tidak punya semangat hidup yang tinggi akibatnya mentalitas terganggu. Masyarakat seringkali memiliki pandangan negatif terhadap laki-laki yang hidup dalam kemiskinan. Ketika tidak mencapai harapan dalam memenuhi peran ini dapat menyebabkan stigma sosial yang besar. Banyak yang melihat laki-laki miskin sebagai pribadi yang kurang berusaha atau tidak mampu, yang menambah tekanan psikologis dan emosional. 

Perspektif yang Berbeda

Di sisi lain, jika melihat perempuan miskin bisa saja menghadapi tantangan yang berbeda, meskipun sama beratnya. Memang, mereka memiliki tanggung jawab ganda sebagai pengurus rumah tangga dan pencari nafkah sering kali membuat mereka harus berjuang lebih keras. Ini menunjukkan bahwa solusi untuk mengatasi kesenjangan dan ketidakmampuan finansial harus mempertimbangkan perspektif gender secara mendalam, mengingat bahwa pengalaman laki-laki dan perempuan sangat dipengaruhi oleh norma-norma sosial dan struktural yang ada.

Penting untuk memiliki pemahaman dan rasa peduli akan kondisi laki-laki dengan kondisi finansial serba kekurangan yang sering kali tidak mendapat perhatian yang memadai. Memahami situasi mereka dapat membantu mengurangi stigma dan menciptakan dukungan yang lebih baik dan membantu mereka dengan yang mereka hadapi. Empati terhadap semua individu, terlepas dari gender, adalah langkah awal dalam mengatasi ketidakadilan.

Mari bersama-sama menciptakan kehidupan bermasyarakat yang lebih adil, di mana semua individu baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Mengakui dan mengatasi diskriminasi gender dalam konteks kemiskinan dapat membantu membangun kesejahteraan yang merata. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun