Pandemi covid-19 yang melanda Indonesia telah membuat sektor kehidupan lumpuh. Berbagai sektor kena imbasnya terutama dalam bidang kesehatan dan ekonomi. Ekonomi Indonesia saat ini berada di kuartal III memasuki jurang resesi.Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto  (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy).Â
Realitas buruknya ekonomi yang terjadi saat ini tidak dialami oleh Indonesia saja, tetapi hampir seluruh negara di dunia merasakannya. Pasalnya, semua aktifitas ekonomi masyarakat terhenti karena adanya pembatasan sosial atau lockdown.
Ekonomi yang tidak stabil akibat pandami covid-19 berdampak pada kehidupan manusia. Banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaan dan menimbulkan kerasahan.
Seperti yang dialami oleh  para petani di wilayah Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Petani menjerit mengeluhkan harga jual komoditas singkong yang turun drastis.Â
Harga jual singkong pada situasi normal sebelum pandemi sekitar Rp 2.000,00 per kg. Sedangkan pada sekarang ini sekitar Rp 1.000,00 per kg. Kondisi yang terjadi saat ini membuat petani singkong mengalami kerugian besar.
Menurut salah satu petani singkong yaitu Bapak Nardi asal Desa Sumur Kecamatan Cluwak, Rabu 20 Januari 2021. Nardi mengungkapkan, "pandemi covid-19 saat ini membawa dampak pada menurunnya harga jual singkong. Tahun lalu harga jualnya bagus, tapi sekarang ini anjlok banget".
Memang saat sekarang ini petani singkong di Desa Sumur Kecamatan Cluwak sudah waktunya untuk panen. Harga jual singkong yang turun, membuat para petani tidak bisa berbuat apapun cukup hanya pasrah sama keadaan. Mau tidak mau mereka harus memanen tanamannya biar tidak membusuk meskipun hasilnya cuma sedikit hanya bisa mengembalikan modal.
Nardi juga menjelaskan tahun sebelumnya dia bisa memperoleh pendapatan 20 juta lebih per tahun dengan luas lahan sekitar satu hektar, itu pun tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-harinya. Sedangkan setelah adanya covid-19, pendapatan turun drastis sekitar 9 juta.
Ungkapan Bapak Nardi senada dengan Bapak Jasuwi, petani asal Desa Sumur Kecamatan Cluwak, Kamis 21 Januari 2021.
"Dalam kondisi serba sulit saat ini, saya sebagai petani singkong sangat berharap dengan hasil pertanian. Namun kenyataannya harga jual singkong yang semakin turun, membuat saya pribadi berpikir ulang untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pendapatan yang saya terima dari hasil panen singkong tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pertahunnya. Saya hanya menerima uang sekitar 10 juta dengan luas lahan satu hektar, berbeda dari tahun sebelumnya bisa mencapai 25 juta"
Bapak Jasuwi menjelaskan dalam kondisi pandemi covid-19 saat ini tidak bisa semata-mata menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Tetapi juga harus ada pekerjaan sampingan lain.Â
Bapak Jasuwi mempunyai pekerjaan sampingan sebagai buruh tani dan beternak kambing. Upah per hari yang diterima menjadi buruh sekitar 70 ribu. Itu pun tidak bisa bekerja setiap hari, tapi musiman. Sedangkan dari hasil beternak kambing tidak menentu.
"Harapan saya semoga pandemi covid-19 segera berakhir dan semua aktivitas kehidupan normal kembali. Terutama dalam bidang pertanian ini, semoga harga jual singkong bisa kembali lebih bagus lagi", ujarnya.
Dengan adanya musibah pandemi covid-19 ini, kita bisa mengambil sisi positifnya. Seperti sikap kerja keras yang dicontohkan oleh petani singkong di atas. Walaupun keadaannya lagi sulit, mereka dituntut untuk bisa berdaptasi dengan kondisi apapun, tidak melulu bergantung pada sektor pertanian. Tetapi juga bisa melakukan usaha lain sebagai strategi untuk bertahan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H