Mohon tunggu...
Mussab Askarulloh
Mussab Askarulloh Mohon Tunggu... Editor - Sastra Indonesia

Menaruh perhatian pada budaya dan literasi, juga kesenian terutama sastra dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Dengar Denyar" #1: Membandingkan 'Closure' pada Solipsism dan Solipsism 0.2 dari Pamungkas

27 Maret 2021   13:12 Diperbarui: 5 April 2021   16:30 2069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengarkan sebuah lagu dalam dua versi yang berbeda merupakan suatu pengalaman yang menarik, apalagi jika keduanya diaransemen dan dinyanyikan oleh penyanyi yang sama. Itulah yang saya rasakan ketika mendengarkan album terbaru Pamungkas yang berjudul Solipsism 0.2.

Album yang rilis Februari lalu ini sebenarnya hanya sebuah projek aransemen ulang atas lagu-lagu pada album Solipsism, yang rilis pada pertengahan 2020.

Secara keseluruhan, sebetulnya tidak banyak lagu dari album Solipsism yang cukup menempel di kepala saya. Playlist Pamungkas saya dipenuhi lagu-lagu dari album sebelumnya seperti 'To The Bone', 'I Love You But I'm Letting Go', 'One Only'. 'Kenangan Manis', dan hits-hits Spotify Pamungkas lainnya.

Lagu 'Closure' adalah salah satu dari yang tidak banyak itu. Menurut saya, lagu ini merupakan salah satu hits Pamungkas yang punya komposisi musik kuat dan emosional, serta lirik yang sangat related dengan banyak orang. Karenanya, saya sangat antusias ketika Pamungkas mengeluarkan versi terbaru lagu itu.

Perbedaan yang pertama kali saya rasakan pada versi terbarunya--selain aransemen tentu saja--adalah suasana dan emosi. 

Lagu 'Closure' pada album Solipsism punya penggambaran yang kuat tentang perasaan sakit hati. Sebuah proyeksi tentang rasa sakit yang sudah sangat mencekat dan tidak bisa termaafkan lagi.

Selain memang penulisan liriknya yang apik, emosi lagu ini juga dibangun oleh tempo lambat serta aransemen minimalis yang cenderung berulang, seolah ingin membangun sebuah imajinasi tentang "hubungan yang melelahkan". Barangkali, lagu ini adalah salah satu lagu yang paling pas untuk merepresentasikan toxic relationship.

Sementara itu, pada versi terbarunya Anda akan menemukan suasana yang cukup berbeda. Pamungkas menggunakan komposisi musik yang lebih ramai, serta menyanyikannya dengan intonasi yang cenderung lebih segar. 

Jika aransemen yang pertama terdengar lebih sendu dan penuh kesedihan, aransemen yang baru terdengar lebih santai dan bersemangat.

Uniknya, dua suasana yang berbeda ini dapat kita rasakan melalui lirik yang tetap sama. Saya jadi membayangkan bahwa Pamungkas ingin menghadirkan semacam perjalanan perasaan pada dua versi aransemennya ini. 

Setelah 'merasa lelah dan dengan sekuat tenaga memutuskan untuk mengakhiri hubungan' pada versi pertama, versi keduanya seperti ingin menyampaikan bahwa 'aku kini sudah baik-baik saja dan ternyata perpisahan itu memang pilihan terbaik'. Ada pesan yang kuat tentang self-love yang ingin disampaikan oleh Pamungkas melalui perubahan aransemennya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun